Iyah, bulan ini adalah bulan
terakhir disetiap tahunnya. Sebagai penutup dari banyak bulan yang ada. Tak banyak
yang tahu bahwa pada bulan ini adalah bulannya orang-orang yang terjangkit
virus yang harus dibawa sampai meninggal. Bulan ini dikenal sebagai “World AIDS
Day”, wowww kenapa harus ada hari buat orang-orang yang kena HIV/AIDS sih? Saya
nggak bisa menjawab, yang jelas hari ini sudah ada sejak saya belum lahir.
Mungkin diantara kita masih banyak
yang belum mengenal HIV dan AIDS, yang taunya Cuma HIV dan AIDS itu penyakit
berbahaya. Iya kan? Padahal tidak seberbahaya yang kita fikirkan. Sebelum saya
jelaskan kenapa penyakit ini nggak berbahaya, saya ingin jelasin dulu HIV itu
apa dan AIDS itu apa.
HIV itu adalah Human Imunodeficiency Virus alias virus yang melemahkan tubuh
manusia. Virusnya itu termasuk kedalam golongan retro virus, ber-RNA, dan yang
jelas akan menyerang CD 4 (sistem pertahanan tubuh manusia). Orang HIV ada yang
sudah menunjukkan sedikit gejala dan ada juga yang tidak menunjukkan gejala,
bahkan bisa saja saya atau anda terkena infeksi HIV tapi belum terlalu parah
sehingga tidak menimbulkan gejala. Sedangkan AIDS adalah syndrom yang dapat disebabkan
oleh HIV tadi, biasanya sudah berupa sekumpulan gejala seperti berat badan
turun 10% perbulan, ada selaput putih (jamur) di mulut, gampang terkena
penyakit, diare berkepangangan tanpa sebab yang jelas. Jadi jelas beda antara
HIV dan AIDS, orang yang terkena HIV kita sebut dengan ODHIV sedangkan yang
terkena AIDS kita sebbut ODHA. Jadi nggak bener kalo orang yang kena HIV pasti
bawaannya kurus kering tinggal tulang alias kutilang.
Oke... okee... yang jelas mereka
manusia biasa, bukan manusia jadi-jadian atau sampah yang harus kita jauhi. Mereka
juga ingin hidup layak seperti kita, mereka juga ingin mendapatkan perhatian
seperti kita, mereka juga tidak ingin mendapatkan diskriminasi seperti kita,
mereka tidak ingin dijauhi, mereka tidak ingin diusir dari kampung halaman,
mereka tidak ingin dikucilkan dan mereka tidak ingin diperlakukan dengan tidak
pantas oleh kita. Mereka sama dengan kita, sama-sama makhluk ciptaan Allah,
mereka juga dibuat dari tanah, mereka juga punya dua mata dan organ lengkap
seperti kita hanya saja mereka kurang beruntung karena mendapatkan oleh-oleh
cvirus tersebut.
“Tapi kan mereka telah melakukan
tindakan yang dilarang oleh agama, makanya mereka dapat azhab penyakit aneh
seperti itu.” Ujar seorang teman kepadaku.
Saya langsung sigap menjawab, “Kata
siapa?”
“Yah yang jelas mereka pasti telah melakukan
tindakan yang nista. Makanya dekatin diri sama tuhan biar nggak kena HIV.” Lanjut
temanku.
Pernyataan tersebut mengingatkan
saya dengan kata-kata yang pernah terlontar dari mulut Mentri Kesehatan pada
tahun 80-an (zaman itu belum secanggih sekarang), “Dekatkan diri kepada tuhan,
pasti tidak akan kena HIV.” Ujarnya saat diwawancarai oleh sebuah surat kabar.
Pada zaman itu tahun 1987 memang HIV
pertama kalinya didapatkan di Bali, ketika itu ada seorang turis dari Belanda
yang “bermain gila” dengan pekerja yang ada di Bali, kemudian kasus tersebut
dikenal dengan kasus HIV pertama ditemukan di RSUP Sanglah Bali. Itu yang
menyebabkan munculnya opini bahwasanya orang yang terkena HIV identik dengan
PSK maupun pemakai PSK atau sejenisnya.
Ada
satu kebenaran yang sepertinya terlupakan atau sengaja ditutup-tutupi oleh orang
yang berkepentingan, apa itu? Pada tahun 1984 bulan November tanggal 11 telah
ditemukan seorang yang terkena hemofilia meninggal di RS Islam Jakarta (RSIJ), pada
tahun 1985 baru diselidiki bahwasanya memang benar dia terkena HIV. Belum puas
dengan hasil tersebut, Kemenkes dengan beberapa peneliti mencoba mengorek dan
menganalisa kandungan darah (Faktor VIII) yang sering diberikan kepada sang
penderita tadi. Ternyata dari hasil penyelidikan ditemukan bahwa dia tertular
HIV dari darah transfusi yang diberikan kepadanya (karena orang yang kena
hemofilia sering ditransfusi). Jadi, dia kena HIV bukan dari hubungan seksual
tetapi dari transfusi darah bukan? Jadi apakah pantas kita bilang orang yang
kena HIV adalah orang yang melakukan tindakan tidak senonoh yang dilarang
agama?
Saya
punya kenalan ODHIV, orangnya gemuk seperti manusia normal bahkan lebih gemuk
dari pada saya. Beliau adalah aktifis HIV/AIDS dan orang terinfeksi HIV yang telah
berani membuka diri. “Berani membuka diri” kenapa saya mengutip kembali kalimat
tersebut?
Anda
tahu apa yang dilakukan masyarakat jika tahu kalau ada orang yang terkena HIV
di lingkungannya? Mereka akan dikucilkan, diusir dari rumah kemudian rumahnya
dibakar dan dilarang kembali ke kampungnya.
Anda
tahu apa yang dilakukan sekolah jika tau kalau ada anak orang HIV atau orang
HIV dalam sekolahnya? Mereka akan dikeluarkan dengan alasan yang tidak jelas.
Anda
tahu apa yang dilakukan oleh perusahaan atau lapangan kerja ketika tahu bahwa
pegawainya ada yang terinfeksi HIV? Mereka akan dipecat, kalau mereka dipecat
dari mana mereka bisa makan dan mendapatkan uang untuk bertahan hidup?
Zero
Infection, Zero Discrimination
Hilangkan
diskriminasi terhadap ODHIV dan ODHA, mereka ingin berteman dengan kita lho. Hilangkan
diskriminasi ini sangatlah sulit, karena masyarakat sudah sangat sering
terpapar dengan informasi hoax yang sebernarnya salah dan tidak mungkin. Seperti
HIV bisa menular dengan pisau cukur, HIV bisa menular dengan bersalaman, HIV
bisa menular dengan makan bersama dan lain sebagainya. Plis deh, HIV itu nular
dari satu orang ke orang lainnya nggak segampang itu. Kalau gampang kayak gitu
mungkin saya sudah lama kena HIV.
Agar
HIV bisa menginfeksi seseorang ada syaratnya. Syarat pertama adalah jumlah
virus yang cukup untuk menginfeksi, jadi kalo yang masuk kedalam tubuh kita
hanya beratus virus tidak akan menyebabkan kita terinfeksi HIV, beda kasusnya
dengan kontak darah seperti transfusi maupun berhubungan seksual dengan orang yang
positif HIV, itupun kalau imun tubuh kita sedang lemah baru virusnya bisa
menginfeksi. Selain jumlah virus yang cukup, jalan masuknya virus juga sangat
diperhatikan seperti: darah, cairan kelamin, maupun air susu.
Jadi
ada beberapa orang yang memang rentan terkena HIV maupun AIDS, pertama adalah
orang yang sering gonta ganti pasangan dengan orang yang sering gonta ganti
pasangan juga, kedua adalah orang yang menggunakan narkoba dengan jarum suntik,
ketiga adalah tenaga medis akibat kelalaiannya yang dapat membuat dia terpapar,
keempat adalah anak dari ibu atau ayah yang positif HIV. Jadi anak-anak tak
berdosa juga bisa lho kena HIV, jadi siapa tadi yang bilang HIV adalah penyakit
kutukan? Hayo ngaku.
Penyakit
ini juga bisa dicegah kok, jadi cara pencegahannya adalah dengan cara tidak
bergonta ganti pasangan, kalo memang udah pernah berhubungan seksual maka
setialah dan jangan ganti pasangan seks, kemudian kalo ternyata suami atau
istri kena HIV dan pengen banget melakukan hubungan intim maka dianjurkan untuk
menggunakan kondom, jangan pakai narkoba dan menggunakan jarum suntik secara
bersamaan, gunakan alat pelindung diri untuk tenaga medis jika menangani
pasien, dan yang jelas pendidikan dan prilaku kesehatan yang harus
ditingkatkan. Gampang kan mencegah HIV/AIDS?
Sering-sering
periksa VCT (Voluntery Counseling Test) yaitu test yang digunakan untuk
mendeteksi apakah kita terkana HIV atau tidak. Jadi pelaksanaan VCT ini
biasanya gratis, dan hasilnya juga rahasia diberikan dalam amplop langsung ke
kita. Jadi nggak kayak pengumuman UN yang ditempel dimading SMA atau pengumuman
pemenang undian yang diumumkan di facebook. Jangan takut melakukan VCT, karena
jika hasilnya positif kita akan diarahkan untuk pengobatan regimen terapi
maupun diperkenalkan dengan LSM maupun lembaga lain yang menangani masalah
HIV/AIDS.
AIDS
Needs Aids
Rawannya
kasus diskriminasi dan stigma negatif yang diterima oleh orang yang kena HiV
harusnya membuat kita kaum terpelajar menjadi sedikit empati, minimal kita
dapat menempatkan perasaan kita seperti mereka-mereka yang mengalami.
Ada
seorang waria yang merupakan seorang ODHIV bilang ke saya, “Gus, kalo saya
lihat orang yang suka stigma saya dengan sangat negatif rasanya saya ingin
balas dendam dan menularkan penyakit ini ke dia.”
Jadi
sangat jelas kalo stigma negatif yang kita beri tidak akan memberikan hasil
apapun, yang ada hanyalah dendam. Dendam yang membuat mereka ingin membalas dan
menularkan penyakit ini ke orang lain, bukankah akan menjadi prognosis buruk
jika kejadian itu sampai terjadi.
Jadi
kita harus menolong mereka, menolong mereka dengan tidak memberikan stigma
buruk kepada mereka. Kalau bisa kita bantu jelaskan kepada orang-orang
bahwasanya kita tak boleh memberikan stigma negatif kepada mereka.
Kembali
ke teman saya yang kena HIV dan menjadi aktifis HIV tadi. Anda thu tidak kalo
dia pernah menantang saya untuk memeriksa CD 4 kami berdua.
Dia
berkata, “Kalau CD 4 saya lebih rendah dari kamu saya rela jadi budak kamu
seumur hidup.”
Saya
sedikit terkejut mendapatkan tantangan dari ODHIV, saya bingung kenapa
berani-beraninya dia menantang saya untuk memeriksa CD 4 yang hasilnya sudah
jelas pasti dia kalah dengan saya.
Setelah
kami tes, ternyata CD 4 dia sebanyak 600 sedangkan saya yang sehat ini hanya
420-an. Kemudian sang ODHIV berkata, “Harusnya anda yang meminum ARV (obat
untuk menghambat pertumbuhan HIV dan berfungsi untuk menaikkan CD 4).”
Beliau
sering berkata kalau beliau sedikit bersyukur karena mendapatkan penyakit HIV
ini, kenapa dia bisa bersyukur sih? Kan jelas-jelas penyakit itu akan membuat
kita serasa mati dua kali. Iya mati dua kali, pertama saat tau bahwa dia kena
HIV, kedua adalah mati yang sebenarnya. Setelah didiagnosa HIV, beliau berhenti
menggunakan narkoba, beliau berhenti melakukan maksiat, bahkan sehari-harinya
beliau diisi dengan kegiatan ibadah, beliau jadi rajin menjaga kesehatannya dan
tidak pernah bergadang. Terkana HIV dirasa beliau sebagai berkah, bukan sebagai
musibah. Istri beliau juga adalah ODHA, dan mereka berdua menjadi sepasang
aktivis dibidang HIV dan melindungi hak-hak orang yang terkena HIV, yang jelas
mereka luar biasa bagiku. Mereka adalah orang-orang yang mampu bangkit dari
keterpurukan, mungkin mereka adalah reinkarnasi jiwa dan semangat Suzana Mumi dan
suaminya (Aktifis HIV tahun 80an).
Yang
jelas orang yang terkena HIV masih punya kesempatan untuk melanjutkan hidupnya.
Mereka masih punya masa depan seperti kita, kita tak punya hak memberikan
penilaian buruk kepada mereka, tetapi kita punya kewajiban untuk memberikan
support kepada mereka agar dapat tetap tabah dalam menjalani kehidupannya.
Orang
baik memang punya masa lalu yang kelam, tetapi orang jahat masih punya harapan
untuk memiliki masa depan yang cerah.
Hentikan
tindakan stigma negatif kepada penderita HIV, karena kita tak tahu siapa yang
lebih mulia disisi Allah SWT. Semoga semua ini ada hikmahnya, Aamiin.
No comments:
Post a Comment