Thursday, 30 April 2015

SRIKANDI MASA KINI

Terlalu banyak dongeng yang diceritakan oleh orangtua jaman dulu tentang sikap kepahlawanan seseorang, ntah itu benar atau tidak. Yang jelas kita dipaksa mempercayainya, kita dipaksa mendengarkan dan mengagumi mereka tanpa meniru dan mencontoh mereka.
Bukankah kita bisa menjadi apa yang akan diceritakan oleh orang lain sebagai inspirasi hidup anak bahkan cucunya bila perlu.
Pagi Kota Bari dengan sayup-sayup udara malam mengundang ceria.
Aku melakukan banyak hal yang memang dilakukan oleh mahasiswa pada umumnya. Pergi kuliah, pulang kuliah, kongko-kongko, dan lain-lain. Tapi, jangan salah! Kuliah nggak segampang kayak di filem-filem remaja yang kerjaannya Cuma pacaran dan main-main doang. Iya kalo orangtuamu kaya raya! Kalo orangtuamu biasa-biasa aja sadar bung sebelum terlambat.
Yang jelas, dari kuliah Cuma dua yang bisa buat kita senang. Pertama saat masuk kuliah dan dinyatakan diterima jadi mahasiswa. Kedua saat kamu dinyatakan sudah jadi sarjana. Itupun belum dapet kerjaan atau mendapatkan penghasilan yang layak.
Dulu, memang aku nggak pernah ikut organisasi dan nggak kenal dengan yang namanya organisasi di kampus. Banyak yang udah ngajak masuk BEM, DPM atau apalah namanya tapi aku nggak pernah peduli.
Yang jelas aku Cuma ikut Pramuka dan itu juga Cuma buat asik-asikan aja, nggak ada niat buat mendalaminya lebih jauh. Namanya juga anka kantin, bukan anak Mushala. Begitulah kiasan yang sering diucapkan oleh orang-orang.
Tapi kita nggak perlu ribut kamu anak kantin atau anak mushala kayak ributnya bubur ayam fraksi diaduk sama nggak diaduk. Anehnya, ada juga orang yang sampe adu jontos hanya gara-gara bubur ayam diaduk atau nggak diaduk. Inilah perlunya yang namanya “Saling Menghargai”. Nggak perlu ribut sana sini deh. Apalagi perkara anak kantin atau anak mushala, kenapa nggak dibuat aja anak mushala yang punya kantin? Atau anak kantin yang punya mushala? Biar aman coy!
Oke, berhenti dulu marah-marahnya karena tiba-tiba Wardah menelponku. Jarang-jarang dia nelpon pagi-pagi buta, baru bangun tidur belum sempat kucek-kucek mata juga di WC.
“Assalamualaikum mas.” Ucapnya lewat telpon yang langsung membuatku berhenti mengantuk.
“Waalaikumsalam, ada apa Wardah?” tanyaku karena sangat aneh dia nelpon pagi-pagi kayak mbak-mbak jual lontong buat bangunin pelanggan.
“Nggak ada, Cuma mau bilang aja.” Jawabnya sedikit berbelit.
“Bilang apa?” tanyaku penasaran.
“Nanti malam jam tujuh, jangan lupa nonton TV ya.” Ucapnya sambil menyebutkan salah satu stasiun televisi yang ngetop banget.
“Emangnya ada apa?” tanyaku heran.
“Pokoknya nonton aja, harus janji. Assalamualaikum.” Ucapnya sambil menutup telepon tanpa banyak bicara lagi.
Iya, begitulah perempuan selalu banyak teka teki. Mungkin itulah sebabnya sampul TTS selalu gambar cewek, mungkin karena perempuan penuh teka teki.
“Di, boleh aku pinjam buku Kimia Analitiknya?” ucapku sambil mengambil buku Kimia Analitik yang ada dimeja temanku.
“Ambil aja Gus.” Ucap Sandi yang sedang asiik SMS pacarnya.
“Sebenarnya apa sih rasanya pacaran? Apa sih manfaatnya?” tanyaku kepada temanku itu, dia adalah laki-laki yang sangat baik yah terutama karena dia sering traktir aku makan siang.
“Ya, aku juga nggak tau Gus. Buat asik-asikan aja” begitu jawabnya singkat dan menurutku memang tidak memberikan jawaban yang aku butuhkan.
Ntah kenapa, perempuan yang begitu tinggi martabatnya hanya menjadi bahan untuk asik-asikan oleh beberapa orang yang memang sepertinya tidak menghargai perempuan. Bukankah kita juga dilahirkan oleh perempuan?
Memang sih, rata-rata kalo aku perhatikan orang-orang yang pacaran selalu banyak masalah dengan pacarnya. Bahkan tak jarang yang menyalahkan teman dekatnya hanya gara-gara berkelahi dengan pacarnya. Tapi tidak dengan Sandi yang dapat menempatkan dirinya.
Seperti biasa aku jalan-jalan bersama Wicak, sahabat karibku hingga kami disebut homo oleh orang-orang.
“Cak, jangan lupa ya nanti malem kite nonton TiVi.” Ucapku kepada Wicak.
“Kenapa?” tanyanya dengan nada adek-adek yang main iklan bikuit.
“Nggak tau juga Cak, Wardah maksa aku nonton TiVi itu malem ini.” Jawabku kepada Wicak sambil memakan biskuit yang terlantar dimeja.
Malam Hening, bernoktahkan Bulan Purnama bulat indah berseri.
Aku duduk manis didepan kotak berwarna yang mengeluarkan sedikit suara itu. Aku membuka chanel yang tadi disuruh oleh Wardah. Oke tepat aku membuka chanelnya.
Tak ada sesuatu yang menarik disana, aku hanya melihat seorang kribo yang biasa duduk di sofa untuk membawakan sebuah talk show mingguan dichanel itu.
Tiba-tiba, aku melihat seorang yang melangkah masuk ke ruangan talkshow dan duduk disofa bersama kedua temannya. Ha? Bukannya itu Wardah? Tanyaku dalam hati terkaget-kaget bukan main.
“Jadi apa yang membuat Wardah melakukanini?” tanya sang pembawa acara.
“Iya, jadi keprihatinan kami membuat kami untuk membangun sebuah gerakan kemasyarakatan yang bisa membantu mereka meningkatkan kualitas ekonominya dengan cara memberikan keterampilan. Bukan dengan cara memberikan barang-barang yang akan membuatnya menjadi manja dan selalu berharap kepada kita.” Ucap Wardah.
“Kemudian, jika kita lepas. Mereka sudah bisa mandiri sendiri.” Tambahnya.
Ternyata dia membuat sebuah komunitas yang bertujuan untuk membangun ekonomi ibu-ibu yang terkena kusta dengan cara mengajarkan mereka membuat jilbab dan nuget.
Itu sungguh luar biasa, seorang srikandi jaman kini yang sangat sulit ditemukan disela-sela jerami. Bagaimana bisa Wardah kecil yang dulunya pernah terpuruk menjadi bangkit sebangkit-bangkitnya seperti sekarang?
Hidup ini kita yang kendalikan, kita yang memiliki dan memainkan peranan. Mau seperti apa nanti? Kita harus berjuang untuk mendapatkan dan menghasilkan sesuatu yang terbaik. Jangan terjebak dengan keadaan.
“Kan sudah kau bilang banyak cara untuk berbakti.” Begitu kata Wardah ketika aku telpon dan menanyakan motivasinya untuk melakukan hal gila seperti itu.
Yang jelas sekarang aku tak mau kalah denganmu, aku ingin berjuang sepertimu. Dapat berjalan sejajar maupun didepanmu, tak ingin aku mengikutimu karena aku bukan penguntit.
Hingga akhirnya aku ingin menjadi manusia yang benar-benar berbakti. Kau inspirasiku. J

No comments:

Post a Comment