“Duarrrr”
bunyi pintu yang dibuka dengan kasarnya. Dibawah kerumunan hujan yang
menyelimuti atap rumah dengan airnya.
Tiba-tiba
Antonio dengan tergesa-gesa masuk ke dalam rumah tanpa membuka sepatu lagi,
“Assalamualaikum, Ayah aku masuk UGM lho. Ini surat penerimaannya.” Sambil
menyerahkan secarik kertas kepada ayahnya.
Ayahnya langsung memukul kepalanya,
“Ayah nggak peduli kamu mau masuk mana aja, yang penting kalo masuk rumah itu
harus buka sepatu.” Begitulah bunyi repetan keras dari ayahnya.
Sambil mengusuk-ngusuk kepalanya
yang sakit karena dipukul ayahnya tadi, Antonio makin menjadi-jadi, “Ayah, aku
kan masuk UGM, bangga kan??”, sambil mengoda ayahnya.
Ayahnya langsung bingung dan menaruh
perhatiannya kepada Antonio, “UGM?? Jurusan apa ya Ton?” ayahnya bertanya
sambil memegang dagunya sambil berfikir.
“Iya ayah, aku dapat PMDK di UGM
dengan jurusan HUKUM!” serunya sambil berteriak kegirangan. “Aku dari dulu
punya cita-cita jadi pengacara dan hakim ayah. Keren kan?” sambil menggoda
ayahnya.
“Pengacara? Kamu masuk Hukum? Yang
bener?” ayahnya kembali meyakinkanya. Melototi mata Antonio yang sedang senang
karena diterima di Fakultas Hukum.
Antonio langsung membusungkan
dadanya. Dengan yakinya dia berkata, “Iya donk ayah. Kenapa memangnya yah?” dia
kembali bertanya kepada ayahnya.
“Kalau kamu ambil, jangan coba-coba
kembali kerumah ini lagi.” Ayahnya Antonio langsung meremas kertas itu dan
melemparnya ke arah kotak sampah.
Antonio langsung mengambil kertasnya
lagi, “Tapi kan aku pengen masuk hukum ayah. Bagaimana ni?” dia mencoba
membujuk ayahnya lagi.
“Pokoknya cari jurusan lain! Kalo
masih ngotot masuk hukum. Jangan lagi pernah menginjakkan kaki dirumah ini.
titik.” Ucap ayahnya dengan nada kesal.
Antonio yang frustasi langsung keluar
rumah untuk menenangkan diri. Dibawah atap warnet yang teduh, dibalik
biliki-bilik komputer yang berjajar rapi diantara sekat-sekat triplek yang
bercatkan dengan warna biru. Antonio mencari informasi kuliah lainnya, ada
STSN, Akmil, STIS, STAN dan lain-lain. Lama-lama dia menjadi bingung sendiri
ingin masuk kemana nantinya.
“Aduh, ujian sudah selesai.
Pengumuman udah selesai. Bagaimana ni? Masa aku jadi pengangguran terselubung
lagi.” Fikirnya dalam hati.
Tak terasa azan isya sudah
berkumandang, tak terasa pula sudah dua jam Antonio duduk dibilik warnet
tersebut.
“Buuuurrrr...” begitulah suara air
hujan yang jatuh dari atas langit. Membasahi atap warnet dan membuat dingin
suasana.
Tiba-tiba HP Antonio berdering,
“Asslamualaikum mama, ada apa ya?” langsung mengucapkan salam kepada mamanya
yang menelpon.
Suara mamanya yang agak besar itu
langsung mengatakan, “Nak, pulang ya sekarang. Udah malam, kamu jangan frustasi
gara-gara dilarang masuk hukum oleh ayahmu.” Tanpa banyak bicara lagi, mamanya
langsung mematikan telpon.
Antonio langsung saja menerobos
hujan, walaupun badannya terasa agak meriang. Dengan kecepatan tinggi, nggak
memakai jaket, dan hanya memakai kaos oblong. Mungkin kalian bisa membayangkan
bagaimana dinginnya.
Setelah sampai dirumah, dia langsung
mandi dan memakai selimut. Mamanya yang agak sedikit prihatin langsung berkata,
“Nak, kamu kenapa? Kedinginan ya? Ntar ya mama ambilkan tolak angin dulu.”
Sambil berjalan ke kotak P3K keluarga yang menempel didinding ruang keluarga
yang luasnya delapan kali depalan itu.
Sambil mendekati tubuh anaknya yang
berbaring dikasur ruang tengah itu, “Kamu juga pulang malam-malam, gak pake
jaket, terus gak pake jas hujan lagi. Untung ayahmu lagi ada rapat masjid. Kalo
nggak bisa dimarahi kamu nak.”
Antonio langsung beranjak dari kasur
dan mendekati pangkuan mamanya, “Ma, iya. Aku gak bakalan pulang malem, nggak
pake jas hujan dan akan selalu pake jaket. Aku janji.” Sambil tersenyum sedikit
kepada mamanya yang sedang memangkunya.
Mamanya langsung membuka bungkus
tolak angin sambil mendekatkannya kemulut Antonio, “Ini ya, makan ni tolak
angin. Sampai habis, jangan ada yang disisakan.” Sambil memasukkan tolak angin
kemulut anaknya, mamanya langsung sambilan memberikan ceramah kepada Antonio,
“Kamu ini, lain kali nurut sama kata-kata orang tua. Kalo kamu bantah kan
jadinya kayak gini!” seru mamanya.
“Iya ma.” Tiba-tiba Antonio langsung
muntah tolak angin. Sehingga mulutnya mengeluarkan cairan tolak angin yang
berwarna hitam ke coklatan.
“Assalamualaikum.” terdengar suara seorang
laki-laki yang mengucapkan salam sambil membuka pintu belakang rumah. Ternyata
itu adalah ayah Antonio yang baru pulang dari rapat harian penggurus masjid
yang ada dikomplek rumahnya. Ayah Antonio adalah seorang arsitek ternama di Propinsi
tempat dia tinggal, jadi ayahnya akan menjadi perancang bangunan masjid yang
akan direnovasi nanti.
Ayahnya langsung masuk kerumah dan
melihat mulut Antonio mengeluarkan cairan hitam muntahannya tadi. Tanpa banyak
bertanya lagi ayahnya langsung marah, “Kamu ini, belum masuk Fakultas Hukum,
udah berani minum-minuman keras.” Ayahnya langsung memukul kepala Antonio.
“Jangan gara-gara nggak ayah izinkan masuk hukum kamu mabuk-mabukan kayak
gini.” Tamparan kedua langsung melayang ke wajah Antonio.
“Ayah.. ayah jangan dupukul
Antonio.”, mama Antonio langsung melarang untuk memukul Antonio lagi. “Dia
bukan minum-minuman keras, tapi dia tadi baru aja makan tolak angin, ayah.”
Ucap mama Antonio sambil mengaruk-garuk bagian atas kepalanya.
Ayah Antonio langsung berhenti
memukul, “Ohhh... berarti ayah salah ya ma? Hehe.” Sambil tertawa kecil.
Beberapa saat kemudian, bukannya merasa bersalah ayah Antonio malah tertawa
bersama-sama dengan mama Antonio.
No comments:
Post a Comment