Friday, 1 February 2013

kuliah hukum cita-citaku


“Duarrrr” bunyi pintu yang dibuka dengan kasarnya. Dibawah kerumunan hujan yang menyelimuti atap rumah dengan airnya.
Tiba-tiba Antonio dengan tergesa-gesa masuk ke dalam rumah tanpa membuka sepatu lagi, “Assalamualaikum, Ayah aku masuk UGM lho. Ini surat penerimaannya.” Sambil menyerahkan secarik kertas kepada ayahnya.
            Ayahnya langsung memukul kepalanya, “Ayah nggak peduli kamu mau masuk mana aja, yang penting kalo masuk rumah itu harus buka sepatu.” Begitulah bunyi repetan keras dari ayahnya.
            Sambil mengusuk-ngusuk kepalanya yang sakit karena dipukul ayahnya tadi, Antonio makin menjadi-jadi, “Ayah, aku kan masuk UGM, bangga kan??”, sambil mengoda ayahnya.
            Ayahnya langsung bingung dan menaruh perhatiannya kepada Antonio, “UGM?? Jurusan apa ya Ton?” ayahnya bertanya sambil memegang dagunya sambil berfikir.
            “Iya ayah, aku dapat PMDK di UGM dengan jurusan HUKUM!” serunya sambil berteriak kegirangan. “Aku dari dulu punya cita-cita jadi pengacara dan hakim ayah. Keren kan?” sambil menggoda ayahnya.
            “Pengacara? Kamu masuk Hukum? Yang bener?” ayahnya kembali meyakinkanya. Melototi mata Antonio yang sedang senang karena diterima di Fakultas Hukum.
            Antonio langsung membusungkan dadanya. Dengan yakinya dia berkata, “Iya donk ayah. Kenapa memangnya yah?” dia kembali bertanya kepada ayahnya.
            “Kalau kamu ambil, jangan coba-coba kembali kerumah ini lagi.” Ayahnya Antonio langsung meremas kertas itu dan melemparnya ke arah kotak sampah.
            Antonio langsung mengambil kertasnya lagi, “Tapi kan aku pengen masuk hukum ayah. Bagaimana ni?” dia mencoba membujuk ayahnya lagi.
            “Pokoknya cari jurusan lain! Kalo masih ngotot masuk hukum. Jangan lagi pernah menginjakkan kaki dirumah ini. titik.” Ucap ayahnya dengan nada kesal.
            Antonio yang frustasi langsung keluar rumah untuk menenangkan diri. Dibawah atap warnet yang teduh, dibalik biliki-bilik komputer yang berjajar rapi diantara sekat-sekat triplek yang bercatkan dengan warna biru. Antonio mencari informasi kuliah lainnya, ada STSN, Akmil, STIS, STAN dan lain-lain. Lama-lama dia menjadi bingung sendiri ingin masuk kemana nantinya.
            “Aduh, ujian sudah selesai. Pengumuman udah selesai. Bagaimana ni? Masa aku jadi pengangguran terselubung lagi.” Fikirnya dalam hati.
            Tak terasa azan isya sudah berkumandang, tak terasa pula sudah dua jam Antonio duduk dibilik warnet tersebut.
            “Buuuurrrr...” begitulah suara air hujan yang jatuh dari atas langit. Membasahi atap warnet dan membuat dingin suasana.
            Tiba-tiba HP Antonio berdering, “Asslamualaikum mama, ada apa ya?” langsung mengucapkan salam kepada mamanya yang menelpon.
            Suara mamanya yang agak besar itu langsung mengatakan, “Nak, pulang ya sekarang. Udah malam, kamu jangan frustasi gara-gara dilarang masuk hukum oleh ayahmu.” Tanpa banyak bicara lagi, mamanya langsung mematikan telpon.
            Antonio langsung saja menerobos hujan, walaupun badannya terasa agak meriang. Dengan kecepatan tinggi, nggak memakai jaket, dan hanya memakai kaos oblong. Mungkin kalian bisa membayangkan bagaimana dinginnya.
            Setelah sampai dirumah, dia langsung mandi dan memakai selimut. Mamanya yang agak sedikit prihatin langsung berkata, “Nak, kamu kenapa? Kedinginan ya? Ntar ya mama ambilkan tolak angin dulu.” Sambil berjalan ke kotak P3K keluarga yang menempel didinding ruang keluarga yang luasnya delapan kali depalan itu.
            Sambil mendekati tubuh anaknya yang berbaring dikasur ruang tengah itu, “Kamu juga pulang malam-malam, gak pake jaket, terus gak pake jas hujan lagi. Untung ayahmu lagi ada rapat masjid. Kalo nggak bisa dimarahi kamu nak.”
            Antonio langsung beranjak dari kasur dan mendekati pangkuan mamanya, “Ma, iya. Aku gak bakalan pulang malem, nggak pake jas hujan dan akan selalu pake jaket. Aku janji.” Sambil tersenyum sedikit kepada mamanya yang sedang memangkunya.
            Mamanya langsung membuka bungkus tolak angin sambil mendekatkannya kemulut Antonio, “Ini ya, makan ni tolak angin. Sampai habis, jangan ada yang disisakan.” Sambil memasukkan tolak angin kemulut anaknya, mamanya langsung sambilan memberikan ceramah kepada Antonio, “Kamu ini, lain kali nurut sama kata-kata orang tua. Kalo kamu bantah kan jadinya kayak gini!” seru mamanya.
            “Iya ma.” Tiba-tiba Antonio langsung muntah tolak angin. Sehingga mulutnya mengeluarkan cairan tolak angin yang berwarna hitam ke coklatan.
            “Assalamualaikum.” terdengar suara seorang laki-laki yang mengucapkan salam sambil membuka pintu belakang rumah. Ternyata itu adalah ayah Antonio yang baru pulang dari rapat harian penggurus masjid yang ada dikomplek rumahnya. Ayah Antonio adalah seorang arsitek ternama di Propinsi tempat dia tinggal, jadi ayahnya akan menjadi perancang bangunan masjid yang akan direnovasi nanti.
            Ayahnya langsung masuk kerumah dan melihat mulut Antonio mengeluarkan cairan hitam muntahannya tadi. Tanpa banyak bertanya lagi ayahnya langsung marah, “Kamu ini, belum masuk Fakultas Hukum, udah berani minum-minuman keras.” Ayahnya langsung memukul kepala Antonio. “Jangan gara-gara nggak ayah izinkan masuk hukum kamu mabuk-mabukan kayak gini.” Tamparan kedua langsung melayang ke wajah Antonio.
            “Ayah.. ayah jangan dupukul Antonio.”, mama Antonio langsung melarang untuk memukul Antonio lagi. “Dia bukan minum-minuman keras, tapi dia tadi baru aja makan tolak angin, ayah.” Ucap mama Antonio sambil mengaruk-garuk bagian atas kepalanya.
            Ayah Antonio langsung berhenti memukul, “Ohhh... berarti ayah salah ya ma? Hehe.” Sambil tertawa kecil. Beberapa saat kemudian, bukannya merasa bersalah ayah Antonio malah tertawa bersama-sama dengan mama Antonio.

No comments:

Post a Comment