Thursday, 30 April 2015

Pria ini Tewas di Kos karena Lupa Makan demi Ngebut Skripsi

Malang, sekitarunnes.com - Skripsi adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan suatu karya tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian sarjana S1 yang membahas suatu permasalahan/fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku.

Skripsi bertujuan agar mahasiswa mampu menyusun dan menulis suatu karya ilmiah, sesuai dengan bidang ilmunya. Mahasiswa yang mampu menulis skripsi dianggap mampu memadukan pengetahuan dan keterampilannya dalam memahami, menganalisis, menggambarkan, dan menjelaskan masalah yang berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. Skripsi merupakan persyaratan untuk mendapatkan status sarjana (S1) di setiap Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang ada di Indonesia. Istilah skripsi sebagai tugas akhir sarjana hanya digunakan di Indonesia. Negara lain, seperti Australia menggunakan istilah thesis untuk penyebutan tugas akhir dengan riset untuk jenjang undergraduate (S1), postgraduate (S2), Ph.D. dengan riset (S3) dan disertation untuk tugas riset dengan ukuran yang kecil baik undergraduate (S1) ataupun postgraduate (pascasarjana). Sedangkan di Indonesia skripsi untuk jenjang S1, tesis untuk jenjang S2, dan disertasi untuk jenjang S3. 

Namun, kejadian tragis menimpa seorang Mahasiswa di Malang, Axel Pandaga Wicaksana (22). yang ditemukan oleh sepupunya sudah membusuk selama empat hari di tempat tidur dalam kosnya.
Menurut Kasat Reskrim Polres Kota Malang AKP Adam Purbantoro, Axel adalah Mahasiswa semester delapan yang sedang menyusun skripsi dan penyebab kematiannya adalah karena sakit jantung, dan jasadnya langsung dimakamkan keluarganya di Kesamben, Blitar.
“Tadi dokter rumah sakit Saiful Anwar sudah menjelaskan hasil autopsi. Jadi ditemukan jantung Axel yang mengkerut, pompa ke jantung berkurang. Jadi ini diduga penyebab kematian almarhum,” kata Adam di Malang, Kamis (5/2), seperti dikutip Sebarkanlah.com dari Merdeka.
Jasad Axel ditemukan di dalam indekosnya Jalan Sumbersari Gang IV Lowokwaru, Rabu (4/2). Sebagian tubuhnya berada di antara tempat tidur dan lantai, dengan posisi terlentang, kepala mengarah ke pintu kamar. Tubuhnya sudah membengkak dan menghitam. Bau busuk pun menyengat ke sekitar kamar.

Hasil autopsi menunjukkan bahwa perutnya sedang kosong. Diduga Axel lupa makan karena ngebut menyelesaikan skripsinya. Dan menurut penuturan keluarganya, Axel juga terkena kanker tulang sehingga dia harus minum obat secara rutin.

Axel tercatat sebagai mahasiswa semester delapan di Universitas Malang (UM) jurusan Elektro. Dia menempati indekos putra Al Firdaus kamar A11 bersama Hendra. Dari penjelasan pengelola kos, dia tidak menyangka Axel akan tewas di dalam kos, karena memang sedang musim liburan dan kebanyakan penghuni kos libur dan pulang kampung.

Sumber : www.sebarkanlah.com

SRIKANDI MASA KINI

Terlalu banyak dongeng yang diceritakan oleh orangtua jaman dulu tentang sikap kepahlawanan seseorang, ntah itu benar atau tidak. Yang jelas kita dipaksa mempercayainya, kita dipaksa mendengarkan dan mengagumi mereka tanpa meniru dan mencontoh mereka.
Bukankah kita bisa menjadi apa yang akan diceritakan oleh orang lain sebagai inspirasi hidup anak bahkan cucunya bila perlu.
Pagi Kota Bari dengan sayup-sayup udara malam mengundang ceria.
Aku melakukan banyak hal yang memang dilakukan oleh mahasiswa pada umumnya. Pergi kuliah, pulang kuliah, kongko-kongko, dan lain-lain. Tapi, jangan salah! Kuliah nggak segampang kayak di filem-filem remaja yang kerjaannya Cuma pacaran dan main-main doang. Iya kalo orangtuamu kaya raya! Kalo orangtuamu biasa-biasa aja sadar bung sebelum terlambat.
Yang jelas, dari kuliah Cuma dua yang bisa buat kita senang. Pertama saat masuk kuliah dan dinyatakan diterima jadi mahasiswa. Kedua saat kamu dinyatakan sudah jadi sarjana. Itupun belum dapet kerjaan atau mendapatkan penghasilan yang layak.
Dulu, memang aku nggak pernah ikut organisasi dan nggak kenal dengan yang namanya organisasi di kampus. Banyak yang udah ngajak masuk BEM, DPM atau apalah namanya tapi aku nggak pernah peduli.
Yang jelas aku Cuma ikut Pramuka dan itu juga Cuma buat asik-asikan aja, nggak ada niat buat mendalaminya lebih jauh. Namanya juga anka kantin, bukan anak Mushala. Begitulah kiasan yang sering diucapkan oleh orang-orang.
Tapi kita nggak perlu ribut kamu anak kantin atau anak mushala kayak ributnya bubur ayam fraksi diaduk sama nggak diaduk. Anehnya, ada juga orang yang sampe adu jontos hanya gara-gara bubur ayam diaduk atau nggak diaduk. Inilah perlunya yang namanya “Saling Menghargai”. Nggak perlu ribut sana sini deh. Apalagi perkara anak kantin atau anak mushala, kenapa nggak dibuat aja anak mushala yang punya kantin? Atau anak kantin yang punya mushala? Biar aman coy!
Oke, berhenti dulu marah-marahnya karena tiba-tiba Wardah menelponku. Jarang-jarang dia nelpon pagi-pagi buta, baru bangun tidur belum sempat kucek-kucek mata juga di WC.
“Assalamualaikum mas.” Ucapnya lewat telpon yang langsung membuatku berhenti mengantuk.
“Waalaikumsalam, ada apa Wardah?” tanyaku karena sangat aneh dia nelpon pagi-pagi kayak mbak-mbak jual lontong buat bangunin pelanggan.
“Nggak ada, Cuma mau bilang aja.” Jawabnya sedikit berbelit.
“Bilang apa?” tanyaku penasaran.
“Nanti malam jam tujuh, jangan lupa nonton TV ya.” Ucapnya sambil menyebutkan salah satu stasiun televisi yang ngetop banget.
“Emangnya ada apa?” tanyaku heran.
“Pokoknya nonton aja, harus janji. Assalamualaikum.” Ucapnya sambil menutup telepon tanpa banyak bicara lagi.
Iya, begitulah perempuan selalu banyak teka teki. Mungkin itulah sebabnya sampul TTS selalu gambar cewek, mungkin karena perempuan penuh teka teki.
“Di, boleh aku pinjam buku Kimia Analitiknya?” ucapku sambil mengambil buku Kimia Analitik yang ada dimeja temanku.
“Ambil aja Gus.” Ucap Sandi yang sedang asiik SMS pacarnya.
“Sebenarnya apa sih rasanya pacaran? Apa sih manfaatnya?” tanyaku kepada temanku itu, dia adalah laki-laki yang sangat baik yah terutama karena dia sering traktir aku makan siang.
“Ya, aku juga nggak tau Gus. Buat asik-asikan aja” begitu jawabnya singkat dan menurutku memang tidak memberikan jawaban yang aku butuhkan.
Ntah kenapa, perempuan yang begitu tinggi martabatnya hanya menjadi bahan untuk asik-asikan oleh beberapa orang yang memang sepertinya tidak menghargai perempuan. Bukankah kita juga dilahirkan oleh perempuan?
Memang sih, rata-rata kalo aku perhatikan orang-orang yang pacaran selalu banyak masalah dengan pacarnya. Bahkan tak jarang yang menyalahkan teman dekatnya hanya gara-gara berkelahi dengan pacarnya. Tapi tidak dengan Sandi yang dapat menempatkan dirinya.
Seperti biasa aku jalan-jalan bersama Wicak, sahabat karibku hingga kami disebut homo oleh orang-orang.
“Cak, jangan lupa ya nanti malem kite nonton TiVi.” Ucapku kepada Wicak.
“Kenapa?” tanyanya dengan nada adek-adek yang main iklan bikuit.
“Nggak tau juga Cak, Wardah maksa aku nonton TiVi itu malem ini.” Jawabku kepada Wicak sambil memakan biskuit yang terlantar dimeja.
Malam Hening, bernoktahkan Bulan Purnama bulat indah berseri.
Aku duduk manis didepan kotak berwarna yang mengeluarkan sedikit suara itu. Aku membuka chanel yang tadi disuruh oleh Wardah. Oke tepat aku membuka chanelnya.
Tak ada sesuatu yang menarik disana, aku hanya melihat seorang kribo yang biasa duduk di sofa untuk membawakan sebuah talk show mingguan dichanel itu.
Tiba-tiba, aku melihat seorang yang melangkah masuk ke ruangan talkshow dan duduk disofa bersama kedua temannya. Ha? Bukannya itu Wardah? Tanyaku dalam hati terkaget-kaget bukan main.
“Jadi apa yang membuat Wardah melakukanini?” tanya sang pembawa acara.
“Iya, jadi keprihatinan kami membuat kami untuk membangun sebuah gerakan kemasyarakatan yang bisa membantu mereka meningkatkan kualitas ekonominya dengan cara memberikan keterampilan. Bukan dengan cara memberikan barang-barang yang akan membuatnya menjadi manja dan selalu berharap kepada kita.” Ucap Wardah.
“Kemudian, jika kita lepas. Mereka sudah bisa mandiri sendiri.” Tambahnya.
Ternyata dia membuat sebuah komunitas yang bertujuan untuk membangun ekonomi ibu-ibu yang terkena kusta dengan cara mengajarkan mereka membuat jilbab dan nuget.
Itu sungguh luar biasa, seorang srikandi jaman kini yang sangat sulit ditemukan disela-sela jerami. Bagaimana bisa Wardah kecil yang dulunya pernah terpuruk menjadi bangkit sebangkit-bangkitnya seperti sekarang?
Hidup ini kita yang kendalikan, kita yang memiliki dan memainkan peranan. Mau seperti apa nanti? Kita harus berjuang untuk mendapatkan dan menghasilkan sesuatu yang terbaik. Jangan terjebak dengan keadaan.
“Kan sudah kau bilang banyak cara untuk berbakti.” Begitu kata Wardah ketika aku telpon dan menanyakan motivasinya untuk melakukan hal gila seperti itu.
Yang jelas sekarang aku tak mau kalah denganmu, aku ingin berjuang sepertimu. Dapat berjalan sejajar maupun didepanmu, tak ingin aku mengikutimu karena aku bukan penguntit.
Hingga akhirnya aku ingin menjadi manusia yang benar-benar berbakti. Kau inspirasiku. J

Tuesday, 21 April 2015

UKHTI BELUM TERPECAHKAN


Malam indah di Kota Bari yang tak pernah kunjung mati, menyimpan asa dan cita-cita tengang harapan yang ingin ditempuh didepan. Masa-masa bimbel adalah masa yang sangat krusial untuk dilalui karena disinilah keseriusan kita diuji untuk memasuki suatu perguruan tinggi yang notabene-nya akan mempengaruhi masa depan.
Hari-hari yang telah berdebu, merajut anyaman benang angan yang ingin aku tawarkan ke dirinya. Sejak lama aku tak mengerti, kenapa dirimu masih menjadi misteri untuk diketahui nantinya.
Misteri yang masih belum terpecahkan ini tetap saja membawa kebahagiaan hatiku yang tak bisa terlukiskan walaupun dengan tinta sebatang pelangi. Namun, terkadang cinta itu tidak harus diketahui oleh orang yang bersangkutan, dan tak perlu pula kita mengetahui banyak hal tentang dirinya. Cukup! Optimis untuk memperbaiki dan memantaskan diri agar kamu bisa bersama dirinya.
Sejuta asa yang ingin aku titipkan dan aku bisikkan ke telingamu. Sosok sederhana dirimu membuatku mengiginkan dirimu untuk digengam dan saling memilik.
Tak ingin menambah misteri yang lain selain misteri kehidupan, akupun ingin memecahkan misteri siapa nama si ‘Ukhti’ itu sebenarnya.
Perjalanan pun dimulai saat kami sudah menginjak pulau yang berbeda. Bersebrangan, tidak menyatu satu sama lain dan hanya disatukan oleh samudera yang tidak mengizinkan kita menginjakkan kaki kita diatas pundaknya.
Palembang Kota Bari menghembuskan angin laut di malam hari. Aku duduk sendiri di tepi sungai itu sambil mengenggam HaPe-ku. Terlalu banyak rahasia yang dia sembunyikan, terlalu sedikit ucapan yang dia ucapkan.
Tapi, tak perlulah kalau diamnya dirimu menjadi masalah. Karena kita kenal dalam kesunyian, sedikit sekali suara dan bahasa yang kita lemparkan. Kita berbicara dari hati ke hati. Menikmati indahnya diam ini sambil memikirkan perasaan satu sama lain.
“Kamu kenapa? Setiap ditelpon selalu diam.” Ucapku membujuknya untuk aktif berbicara kepadaku.
“Tidak ada kok, hihihi.” Ucapnya dengan dilanjutkan tawa kecil.
“Ya sudah kalo kamu memang lebih suka diam, silahkan diam. Aku menunggumu menjawab pertanyaanku.” Ujarku dengan sedikit ngambek.
Dia langsung balik bertanya, “Pertanyaan apa?”
“Sudah berapa kali aku tanya siapa namamu hah?” tanyaku kepadanya.
“Lima puluh kali mungkin?” jawabnya.
Iya, nama si’ukhti’ yang selalu meneror hatiku belum terpecahkan. Belum jelas siapa namanya, tapi kami sudah seperti menyatu tanpa mengenal nama. Kenapa dia sangat merahasiakan namanya itu? Apa masalahnya?
Apa karena dia adalah salah satu gembong teroris ternama?
Apa karena dia adalah salah satu pengedar narkoba yang sangat terkenal? Hingga namanya sangat dirahasiakan olehnya?
Atau jangan-jangan dia adalah laki-laki yang berganti kelamin? Hingga namanya lupa diubah dan masih “Yanto, Jono atau Anto”? sehingga dia malu kalo aku tahu bahwa sesungguhnya dia adalah laki-laki.
Kenapa kau selalu diam? Itu pertanyaanku. Kenapa tawa kecilmu itu sangat menjengkelkan? Kenapa kau tak mau memberi tahu namamu siapa?
Tapi, bukankah dibalik diam ini memiliki seribu arti yang tak bisa diprediksi. Sangat sulit diprediksi karena kau tak memberikan satu kisi-kisi atau hint sedikitpun kepadaku.
Aku akan tetap memecahkannya walaupun harus menebak seribu kali, bahkan jika otakku tak mungkin lagi bisa berfikir tentang kemungkinan namamu.
Tak tahu apa yang sedang kau lakukan di Solo sana, kau bimbel disana memberikan aku sedikit kekhawatiran akan apa yang sedang kamu lakukan? Bersama siapa dirimu? Dan ah entahlah tak perlu aku bahas lagi. Yang jelas sekarang kau sedang bertelponan denganku dibawah rembulan yang memantulkan cahayanya.
Siang Bolong, Terik Kota
Aku berjalan dengan cepat karena tak kuat menahan panas yang menjatuhkan cahayanya keleherku. Begitu menyengat sekali hingga aku tak mampu menahannya. Tiba-tiba HandPhoneku berdering, langsung aku angkat dengan sigapnya.
“Assalamualaikum.” Ucapku memberikan salam.
“Wa’alaikumsalam.” Balasnya salamku.
Kemudian dia bercerita panjang lebar tentang masalah yang sedang dia hadapi. Tentang dia yang pengen menjadi dokter anak tapi hasil dari Try Out SNMPTN-nya tidak memungkinkan dia untuk dapat menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran alias nggak sampe grade-nya.
Dia menanggis ditelpon sambil berbicara, “Aku takkut nggak lulus FK nanti.”
Aku menjawab dengan tenang dan mencoba untuk menenangkannya, “Kamu santai ajalah, jangan sampai sedih hanya gara-gara nggak lulus FK nanti. Kan rejeki itu udah diatur sama Allah, kalo kamu nggak lulus itu artinya Allah sudah menyiapkan jalan yang lebih baik untukmu.” Ucapku.
“Tapi aku memang ingin sekolah FK, Gus.” Ucapnya kepadaku.
“Tapi jika Allah berkehendak lain kamu mau bilang apa? Mau melawan kehendak-Nya?” tanyaku balik sok religius.
Dia terdiam sejenak tak menjawab pertanyaanku yang memang tak perlu dijawab.
“Allah Maha Tahu apa yang kita butuhkan. Jangan terlalu egois dengan keputusan Allah nanti, trima dengan syukur tetapi tetap berjuang dari sekarang agar kau tetap dapat masuk ke FK nanti.” Celotehku panjang.
Suara tangisnya sudah mulai hilang, Baguslah fikirku. Dan sepertinya doktrinku sudah masuk ke kepalanya.
Aku melanjutkan celotekanku kembali, “Dan terkadang kita harus paham bahwa apa yang kita inginkan belum tentu menjadi apa yang kita butuhkan.”
Dia hanya terdiam, dan sesekali bersuara, “Tapi kan aku mau jadi dokter biar bisa menolong banyak orang, biar bisa membantu sesama.” Ucapnya keras.
“Emangnya harus jadi dokter?” tanyaku seakan-akan menyudutkannya.
Nampaknya tiada yang perlu kita takutkan lagi tentang kehidupan didunia ini. Karena Allah telah mengaturnya secara rinci dan detail, kita manusia hanya tingga menjalani step by step kehidupan dengan indah dan menikmatinya dengan Syukur.
Banyak jalan menuju Roma, banyak jalan pula untuk mengabdikan dirimu ke masyarakat. Banyak jalan pula untuk menjadi manusia yang berguna. Cara untuk membantu dan menolong orang lain bukan hanya satu. Untuk menolong dan membantu orang lain, anda bisa menjadi apapun bahkan menjadi badut dengan cara menghibur dunia agar tidak ada lagi peprangan, bukankah itu baik?
Menajdi guru dan mengajari banyak orang hingga mereka kelak menjadi manusia yang berguna bagi masyarkat. Bukankah itu baik?
Nampaknya tiada lagi yang perlu kita diresahkan, untuk apa kita gelisah? Lebih baik kita syukuri dan nikmati secara bersama dengan dikhayati bersama selamanya. Untuk itu aku harap kau mengerti “Wardah”. :)
:)