Dan kita mulai
ceritanya....
Satu... dua... tiga... seolah-olah sesuatu dihitung
sesuai dengan fungsi nominalnya. Melihat sesuatu dan melabelkannya untuk
akhirnya dipilah-pilah, oh dia orang baik, dan oh dia orang jahat. Cukup
mengesalkan bukan?
Pantas
saja ayahku sering berkata, “Penyakit yang paling mengerikan didunia ini adalah
AIDS.” Sebut ayahku dengan penuh teka-teki.
Aku
memandang wajah ayahku yang sudah mulai mengeriput, “AIDS?” bergumam dengan
banyak tanda tanya tentang maksud ucapan ayahku itu.
“Iya,
AIDS... bukan AIDS yang kena HIV itu, tetapi Angkuh, Iri, Dengki dan Sombong.”
Ucap ayahku menambahkan.
Ayahku
memang sedikit berbicara, seolah-olah ingin aku selalu mengerti sesuatu dari
pengalaman kehidupanku. Sekarang, aku baru sadar apa yang diucapkan oleh ayahku
itu benar. Sekarang sudah mulai bermunculan orang-orang angkuh yang kalo kita
lihat sendiri sebenarnya apa yang dia angkuhkan itu bukanlah hal yang panats
untuk dijadikan bahan untuk angkuh. Bagaimana dengan iri? Mereka iri dengki
melihat seseorang lebih maju darinya, bukan iri dalam hal positif tetapi iri
dalam hal ingin menjatuhkan dan akhirnya berujung dengan riya. Bukankah itu
berbahaya? Lebih berbahaya dari penyakit AIDS yang sebenarnya hanya menyerang
jiwa.
Iri
terkadang membuat kita lupa apakah yang dia lakukan itu baik atau buruk.
Terkadang orang-orang berbuat kebaikan, hanya gara-gara kita iri bisa langsung
bilang kalo apa yang dia lakukan itu salah, buruk atau bahkan langsung menjudge
riya’. Contoh: ketika kamu buat Bakti Sosial, kegiatan baik dengan niat baik.
Tetapi banyak bibir yang mencibir bilang itu pasti riya’ atau itu pasti biar dilihat
orang.
Come on
Baby, kita hanya boleh lihat apa yang dia lakukan, tapi kita tak berhak menilai
itu. Cukup lihat, kalo baik kita ikuti dan kalo buruk kita tegur baik-baik.
Iri sih
nggak bakal jadi penyakit kalo kita sikapi dengan bijak. Contohnya ni ye, aku
sering iri banget sama temenku yang kayaknya mengerti dan paham banget isi
buku. Alhasil aku belajar mengikuti pola belajarnya, aku jadikan dia guruku dan
aku minta ilmunya untuk aku pahami. Irinya membuahkan hasil, yaitu ilmu yang
bermanfaat.
Bagaimana
dengan dengki? Memang dengki merupakan penyakit yang mengerikan. Sering
orang-orang senang lihat orang susah dan susah lihat orang senang. Melihat
tetangganya beli mobil baru langsung aja sewot. Kalo lihat tetangga beli mobil
baru harusnya ente bersyukur berarti nanti bakal ada yang bisa nebengin ente
didalam mobil kalau hujan.
Kita
udah bahas iri dan dengki, sekarang gita ganti ke Sombong.
Sombong
itu sifat Iblis (semoga Allah SWT melaknatnya), tak pantas dimiliki oleh
manusia yang tidak memiliki apa-apa. Angkuh dan sombong bisa sepaket, dia
angkuh mengatakan bahwa apa yang dia katakan benar sekaligus sombong karena dia
telah dijalan yang (diyakininya) benar. Kita bukan berbicara masalah aqidah
yang memang seharusnya adalah sesuatu yang harus satu. Tetapi masalah cara
berjuang seseorang satu sama lain.
Setiap
manusia memilih jalan berjuangnya masing-masing. Ada yang berjihad dengan
harta, ada yang berjihad dengan tenaga, ada yang berjihad dengan semangat, dan
bahkan ada yang berjihad hanya dengan hafalan. Tetapi itu tak pernah menjadi
masalah pada Zaman ketika Rasul masih hidup.
Banyak
orang yang dosanya berlimpah seperti gunung, ada pembunuh, ada penzina, ada peminum-minuman
keras, ada apa lagi? Tetapi ketika mereka bertanya kepada Rasul apakah mereka
akan diampuni oleh Allah pencipta alam? Rasul menjawab dengan lantangnya kalau
semua kesalahannya dapat diampuni oleh Allah SWT maha pengampun asalkan dia mau
bertaubat nasuha.
Tetapi
sangat banyak orang-orang (zaman kini), yang ntah ilmune cetek atau memang
kagak ngarti menjudge orang lain langsung masuk neraka, dosanya nggak bisa
diampuni dan statement aneh-aneh pokoknya.
Sebenarnya,
tidak ada yang salah dengan seseorang yang melakukan kesalahan. Asalkan dia
bertaubat, dia meminta maaf, dia menyesali perbuatannya, menganti rugi apa yang
memang harus diganti dan berjanji tak akan melakukannya lagi. Come on boy, kita
ini manusia dan pasti punya salah apapun itu. Umar yang hampir membunuh Rasul
aja diampuni oleh Allah SWT dan dimaafkan oleh Rasul kok. Lho? Jadi kita kenapa
nggak?
Bahkan
terkadang orang-orang “Bersalah” ini membutuhkan support dari kita untuk dapat
bangkit kembali dari keterpurukannya. Bukan karena mereka lemah, mereka hanya
ingin mengetahui apakah masih ada orang yang mendukung kebaikannya (taubat dan
meminta maaf itu kan perbutan baik). Setiap perbuatan baik butuh dukungan,
butuh orang-orang yang rela berdiri mengayomi. Bukan malah mencela, menghina,
mengahrdik bahkan mengkafirkan orang-orang seperti itu.
Ingat
lho, jangan hanya gara-gara kita merasa dekat dengan Tuhan membuat kita sombong
tak mau bergaul dan menjudge orang-orang. Jangan gara-gara itu pula kita
menjadi angkuh. Jangan gara-gara itu pula kita menilai semua yang dilakukan
oleh orang-orang buruk (kalo diluar gerakanmu).
Orang-orang
yang kita anggap sering berbuat buruk masih memiliki kesempatan untuk bertaubat
dan meminta maaf. Toh mereka masih punya masa depan yang siapa tau bisa menjadi
manusia yang lebih baik daripada kita, contohnya kayak Alm. Uje.
Pokoknya
kalo udah kena penyakit AIDS ini, apapun yang dibuat orang-orang pasti salah
dan mencari-cari kesalahan. Sekecil apapun jadi dibesarkan, dan terkadang nggak
sesuai dengan ucapannya.
Semua
manusia udah mulai berlomba-lomba jadi Tuhan, semua manusia udah mulai merebut
tugas malaikat Raqib dan Atid. Mencatat dosa aku, dosa kamu dan dosa kita lalu
mencatat pahala dia, dia dan dia yang memang sebenarnya sudah menjadi tugasnya
Malaikat.
Nah, mari
kita sama-sama menjauhi penyakit AIDS dan memperbaiki diri kita masing-masing
dan mengajak orang-orang dalam kebaikan dengan nyaman dan indah tanpa menyakiti.
Yang merasa banyak dosa (yang jelas ane juga banyak dosa) mari kita selalu
bertaubat, berdo’a agar Allah SWT mengampuni dosa kita, dosa ibu bapak kita,
dosa nenek kakek kita, dosa saudara kita, dosa guru-guru kita dan dosa orangtua
dari guru-guru kita. Lets go, i think you can.
No comments:
Post a Comment