Friday, 3 July 2015

BETAPA AGUNGNYA INDONESIA


      
      Sepulang dari Solo, kota kenangan yang indah tenan aku mendapat undangan untuk datang melihat peresmian salah satu Kapal Perang buatan Indonesia. Sepertinya sebuah kehormatan untuk seorang mahasiswa yang belum memiliki jabatan apa-apa dipemerintahan.
            Lautan Selat Malaka yang indah, tepat didepan sana kita dapat melihat Negeri Jiran Malaysia yang jaraknya hanya beberapa puluh mil dari pandangan. Sepertinya sangat indah untuk dikunjungi, tetapi saatnya sang ikan raksasa itu memecah ombak dan berlayar sampai di dermaga.
            “Ini pasti buatan luar negeri.” Ucapku dalam hati dengan nada sinis melihat kapal besar yang sedang bersandar di dermaga.
            Entah kenapa setiap barang yang kita gunakan selalu ekspor dari luar negeri. Ntah itu alat perang, alat kesehatan, transportasi, dan bahkan alat mandi. Jadi, seolah-olah hidup kita ini tak lepas dari asing sejak bangun tidur saat alarm yang berbunyi (karena HP rata-rata buatan Amerika, Korea, Swedia, Vietnam dan lain-lain), mencuci pakaian (rata-rata sabun cuci dari unilever), sampai ke tidur lagi (kasur buatan Cina).
            Kami langsung dipersilahkan memasuki kapal melihat isi kapal dan pemandangan yang ada dari atasnya. Sepertinya jika aku mengajak Wardah kesini akan sangat romantis, bahkan kami bisa memerankan gaya Leonardi de Carpetno pas lagi main film titanic, tapi itu semua hanya mimpi. Mana mau perempuan seperti dia bergaya aneh-aneh kayak gitu.
            Anjungan yang luar biasa didalam kapal, semakin membuatku yakin bahwa ini pasti buatan laur negeri minimal dari Belanda lah. Setelah aku bosan, aku langsung menuruni tangga anjungan menuju badan kapal untuk keluar dari kapal pembawa meriam berukuran 40 meter tersebut. Aku terhenti sejenak ketika melihat seorang perwira menengah berpangkat Mayor TNI AL yang ternyata adalah kepala bagian operasional kapal tersebut. Dia menyapa duluan kemudian mengajakku ngobrol.
            “Halo mas.” Ucap beliau memakai logat Jawa kental menyapaku dengan lambaian tangan dan senyum ramahnya.
            “Iya, pak.” Jawabku singkat. “Pak, saya mau bertanya. Kapal ini buatan mana ya pak?” lanjutku dengan pertanyaan yang sepertinya nggak penting banget.
            Beliau langsung menjawab, “Oh, ini buatan Indonesia pak.” Dengan bangga membusungkan dadanya.
            “Ha Indonesia?” aku kaget banget mendengar pernyataannya.
            “Kok kaget mas?” tanya beliau, “Kalo begitu ayok ikuti saya mas.” Ajak beliau mengajakku kesebuah ruangan yang berisikan informasi kapal tersebut.
            Aku mengikuti beliau dan melihat semua papan yang tertempel rapi dan elegan dikapal tersebut. Ternyata benar kapal tersebut buatan Indonesia, bukan rakitan ya! Tetapi memang semua bahan dan tenaga pembuatan kapalnya asli Indonesia! Tulen Indonesia.
            Kapal buatan PT. PAL yang merupakan BUMN milik negara yang seperti berafiliasi dengan Angkatan Laut Indonesia memang sering memproduksi kapal sampai diekspor keluar negeri. Sampe-sampe negara Eropa juga mesen kapal tersebut lho.
            Sebenarnya kita nggak usah kaget deh dengar yang kayak gituan. Masih ingat dengan senjata Kopassus, Tank Anoa dan semua senjata Angkatan Darat yang dibuat oleh PT. Pindad. Sampe-sampe senapan buatan PT. Pindad tersebut selalu mengunguli semua senjata modern angkatan darat yang dibuat negara luar, bahkan tank dan panser buatan PT. Pindad sering dipesan oleh orang luar negeri.
            Bagaimana dengan industri kedirgantaraan? Prof. Habibie memang ahlinya, sampe-sampe industri dirgantara Indonesia pas orde baru mengungguli negara-negara barat sampai akhirnya beliau diambil oleh Jerman, menyedihkan sekali ya. Baru-baru ini kita dengar Putra Petir yang membuat mobil tanpa bahan bakar minyak, katanya bahan bakarnya pakai air lho. Bosen banget kalo ngomong masalah senjata militer sama transportasi karena nggak bakal habis-habisnya. Kalo kita bicara masalah fashion gimana?
            Batik Jawa yang khas, cual Sumatera, songket Palembang, dan masih banyak lagi busana Indonesia yang menjadi daya jual daya beli pokoknya daya lah, yang penting bukan daya buat cuci baju. Bagaimana dengan Eiger dan Addidas? Yang katanya dibuat di Bandung. Bola Piala Dunia Afrika Selatan yang namanya kalo nggak salah Jabolani (bukan?) juga dibuat di Indonesia.
            Jadi, sebenarnya kita punya potensi untuk maju, kita punya potensi dan daya saing untuk memajukan Indonesia dengan berbagai cara. Kita punya semua bahan baku untuk membuat apapun, Cuma kita kekurangan tenaga untuk mengolahnya.
            Sebenarnya aku juga salah, kenapa aku meremehkan dan mengejek bangsa dan negaraku sendiri. Kenapa aku begitu tidak percaya bahwa Indonesia se Agung ini? Bahwa Indonesia bisa melakukan hal segila ini, sehebat ini, bungkam mulut kotor kita yang merendahkan bangsa kita sendiri, berbicaralah yang positif tentang bangsamu.

            Come on baby, kita pasti bisa. Hanya saja kita belum menanamkan mimpi-mimpi itu kepada anak-anak yang nantinya akan meneruskan perjuangan kita membangun Indonesia yang bermartabat, berilmu dan beriman. Sekali lagi, jangan hina ke-Agungan negerimu.

No comments:

Post a Comment