Thursday, 10 December 2015

HARUS MENJADI RENUNGAN

            Iyah, bulan ini adalah bulan terakhir disetiap tahunnya. Sebagai penutup dari banyak bulan yang ada. Tak banyak yang tahu bahwa pada bulan ini adalah bulannya orang-orang yang terjangkit virus yang harus dibawa sampai meninggal. Bulan ini dikenal sebagai “World AIDS Day”, wowww kenapa harus ada hari buat orang-orang yang kena HIV/AIDS sih? Saya nggak bisa menjawab, yang jelas hari ini sudah ada sejak saya belum lahir.
            Mungkin diantara kita masih banyak yang belum mengenal HIV dan AIDS, yang taunya Cuma HIV dan AIDS itu penyakit berbahaya. Iya kan? Padahal tidak seberbahaya yang kita fikirkan. Sebelum saya jelaskan kenapa penyakit ini nggak berbahaya, saya ingin jelasin dulu HIV itu apa dan AIDS itu apa.
            HIV itu adalah Human Imunodeficiency Virus alias virus yang melemahkan tubuh manusia. Virusnya itu termasuk kedalam golongan retro virus, ber-RNA, dan yang jelas akan menyerang CD 4 (sistem pertahanan tubuh manusia). Orang HIV ada yang sudah menunjukkan sedikit gejala dan ada juga yang tidak menunjukkan gejala, bahkan bisa saja saya atau anda terkena infeksi HIV tapi belum terlalu parah sehingga tidak menimbulkan gejala. Sedangkan AIDS adalah syndrom yang dapat disebabkan oleh HIV tadi, biasanya sudah berupa sekumpulan gejala seperti berat badan turun 10% perbulan, ada selaput putih (jamur) di mulut, gampang terkena penyakit, diare berkepangangan tanpa sebab yang jelas. Jadi jelas beda antara HIV dan AIDS, orang yang terkena HIV kita sebut dengan ODHIV sedangkan yang terkena AIDS kita sebbut ODHA. Jadi nggak bener kalo orang yang kena HIV pasti bawaannya kurus kering tinggal tulang alias kutilang.
            Oke... okee... yang jelas mereka manusia biasa, bukan manusia jadi-jadian atau sampah yang harus kita jauhi. Mereka juga ingin hidup layak seperti kita, mereka juga ingin mendapatkan perhatian seperti kita, mereka juga tidak ingin mendapatkan diskriminasi seperti kita, mereka tidak ingin dijauhi, mereka tidak ingin diusir dari kampung halaman, mereka tidak ingin dikucilkan dan mereka tidak ingin diperlakukan dengan tidak pantas oleh kita. Mereka sama dengan kita, sama-sama makhluk ciptaan Allah, mereka juga dibuat dari tanah, mereka juga punya dua mata dan organ lengkap seperti kita hanya saja mereka kurang beruntung karena mendapatkan oleh-oleh cvirus tersebut.
            “Tapi kan mereka telah melakukan tindakan yang dilarang oleh agama, makanya mereka dapat azhab penyakit aneh seperti itu.” Ujar seorang teman kepadaku.
            Saya langsung sigap menjawab, “Kata siapa?”
            “Yah yang jelas mereka pasti telah melakukan tindakan yang nista. Makanya dekatin diri sama tuhan biar nggak kena HIV.” Lanjut temanku.
            Pernyataan tersebut mengingatkan saya dengan kata-kata yang pernah terlontar dari mulut Mentri Kesehatan pada tahun 80-an (zaman itu belum secanggih sekarang), “Dekatkan diri kepada tuhan, pasti tidak akan kena HIV.” Ujarnya saat diwawancarai oleh sebuah surat kabar.
            Pada zaman itu tahun 1987 memang HIV pertama kalinya didapatkan di Bali, ketika itu ada seorang turis dari Belanda yang “bermain gila” dengan pekerja yang ada di Bali, kemudian kasus tersebut dikenal dengan kasus HIV pertama ditemukan di RSUP Sanglah Bali. Itu yang menyebabkan munculnya opini bahwasanya orang yang terkena HIV identik dengan PSK maupun pemakai PSK atau sejenisnya.
Ada satu kebenaran yang sepertinya terlupakan atau sengaja ditutup-tutupi oleh orang yang berkepentingan, apa itu? Pada tahun 1984 bulan November tanggal 11 telah ditemukan seorang yang terkena hemofilia meninggal di RS Islam Jakarta (RSIJ), pada tahun 1985 baru diselidiki bahwasanya memang benar dia terkena HIV. Belum puas dengan hasil tersebut, Kemenkes dengan beberapa peneliti mencoba mengorek dan menganalisa kandungan darah (Faktor VIII) yang sering diberikan kepada sang penderita tadi. Ternyata dari hasil penyelidikan ditemukan bahwa dia tertular HIV dari darah transfusi yang diberikan kepadanya (karena orang yang kena hemofilia sering ditransfusi). Jadi, dia kena HIV bukan dari hubungan seksual tetapi dari transfusi darah bukan? Jadi apakah pantas kita bilang orang yang kena HIV adalah orang yang melakukan tindakan tidak senonoh yang dilarang agama?
Saya punya kenalan ODHIV, orangnya gemuk seperti manusia normal bahkan lebih gemuk dari pada saya. Beliau adalah aktifis HIV/AIDS dan orang terinfeksi HIV yang telah berani membuka diri. “Berani membuka diri” kenapa saya mengutip kembali kalimat tersebut?
Anda tahu apa yang dilakukan masyarakat jika tahu kalau ada orang yang terkena HIV di lingkungannya? Mereka akan dikucilkan, diusir dari rumah kemudian rumahnya dibakar dan dilarang kembali ke kampungnya.
Anda tahu apa yang dilakukan sekolah jika tau kalau ada anak orang HIV atau orang HIV dalam sekolahnya? Mereka akan dikeluarkan dengan alasan yang tidak jelas.
Anda tahu apa yang dilakukan oleh perusahaan atau lapangan kerja ketika tahu bahwa pegawainya ada yang terinfeksi HIV? Mereka akan dipecat, kalau mereka dipecat dari mana mereka bisa makan dan mendapatkan uang untuk bertahan hidup?
Zero Infection, Zero Discrimination
Hilangkan diskriminasi terhadap ODHIV dan ODHA, mereka ingin berteman dengan kita lho. Hilangkan diskriminasi ini sangatlah sulit, karena masyarakat sudah sangat sering terpapar dengan informasi hoax yang sebernarnya salah dan tidak mungkin. Seperti HIV bisa menular dengan pisau cukur, HIV bisa menular dengan bersalaman, HIV bisa menular dengan makan bersama dan lain sebagainya. Plis deh, HIV itu nular dari satu orang ke orang lainnya nggak segampang itu. Kalau gampang kayak gitu mungkin saya sudah lama kena HIV.
Agar HIV bisa menginfeksi seseorang ada syaratnya. Syarat pertama adalah jumlah virus yang cukup untuk menginfeksi, jadi kalo yang masuk kedalam tubuh kita hanya beratus virus tidak akan menyebabkan kita terinfeksi HIV, beda kasusnya dengan kontak darah seperti transfusi maupun berhubungan seksual dengan orang yang positif HIV, itupun kalau imun tubuh kita sedang lemah baru virusnya bisa menginfeksi. Selain jumlah virus yang cukup, jalan masuknya virus juga sangat diperhatikan seperti: darah, cairan kelamin, maupun air susu.
Jadi ada beberapa orang yang memang rentan terkena HIV maupun AIDS, pertama adalah orang yang sering gonta ganti pasangan dengan orang yang sering gonta ganti pasangan juga, kedua adalah orang yang menggunakan narkoba dengan jarum suntik, ketiga adalah tenaga medis akibat kelalaiannya yang dapat membuat dia terpapar, keempat adalah anak dari ibu atau ayah yang positif HIV. Jadi anak-anak tak berdosa juga bisa lho kena HIV, jadi siapa tadi yang bilang HIV adalah penyakit kutukan? Hayo ngaku.
Penyakit ini juga bisa dicegah kok, jadi cara pencegahannya adalah dengan cara tidak bergonta ganti pasangan, kalo memang udah pernah berhubungan seksual maka setialah dan jangan ganti pasangan seks, kemudian kalo ternyata suami atau istri kena HIV dan pengen banget melakukan hubungan intim maka dianjurkan untuk menggunakan kondom, jangan pakai narkoba dan menggunakan jarum suntik secara bersamaan, gunakan alat pelindung diri untuk tenaga medis jika menangani pasien, dan yang jelas pendidikan dan prilaku kesehatan yang harus ditingkatkan. Gampang kan mencegah HIV/AIDS?
Sering-sering periksa VCT (Voluntery Counseling Test) yaitu test yang digunakan untuk mendeteksi apakah kita terkana HIV atau tidak. Jadi pelaksanaan VCT ini biasanya gratis, dan hasilnya juga rahasia diberikan dalam amplop langsung ke kita. Jadi nggak kayak pengumuman UN yang ditempel dimading SMA atau pengumuman pemenang undian yang diumumkan di facebook. Jangan takut melakukan VCT, karena jika hasilnya positif kita akan diarahkan untuk pengobatan regimen terapi maupun diperkenalkan dengan LSM maupun lembaga lain yang menangani masalah HIV/AIDS.
AIDS Needs Aids
Rawannya kasus diskriminasi dan stigma negatif yang diterima oleh orang yang kena HiV harusnya membuat kita kaum terpelajar menjadi sedikit empati, minimal kita dapat menempatkan perasaan kita seperti mereka-mereka yang mengalami.
Ada seorang waria yang merupakan seorang ODHIV bilang ke saya, “Gus, kalo saya lihat orang yang suka stigma saya dengan sangat negatif rasanya saya ingin balas dendam dan menularkan penyakit ini ke dia.”
Jadi sangat jelas kalo stigma negatif yang kita beri tidak akan memberikan hasil apapun, yang ada hanyalah dendam. Dendam yang membuat mereka ingin membalas dan menularkan penyakit ini ke orang lain, bukankah akan menjadi prognosis buruk jika kejadian itu sampai terjadi.
Jadi kita harus menolong mereka, menolong mereka dengan tidak memberikan stigma buruk kepada mereka. Kalau bisa kita bantu jelaskan kepada orang-orang bahwasanya kita tak boleh memberikan stigma negatif kepada mereka.
Kembali ke teman saya yang kena HIV dan menjadi aktifis HIV tadi. Anda thu tidak kalo dia pernah menantang saya untuk memeriksa CD 4 kami berdua.
Dia berkata, “Kalau CD 4 saya lebih rendah dari kamu saya rela jadi budak kamu seumur hidup.”
Saya sedikit terkejut mendapatkan tantangan dari ODHIV, saya bingung kenapa berani-beraninya dia menantang saya untuk memeriksa CD 4 yang hasilnya sudah jelas pasti dia kalah dengan saya.
Setelah kami tes, ternyata CD 4 dia sebanyak 600 sedangkan saya yang sehat ini hanya 420-an. Kemudian sang ODHIV berkata, “Harusnya anda yang meminum ARV (obat untuk menghambat pertumbuhan HIV dan berfungsi untuk menaikkan CD 4).”
Beliau sering berkata kalau beliau sedikit bersyukur karena mendapatkan penyakit HIV ini, kenapa dia bisa bersyukur sih? Kan jelas-jelas penyakit itu akan membuat kita serasa mati dua kali. Iya mati dua kali, pertama saat tau bahwa dia kena HIV, kedua adalah mati yang sebenarnya. Setelah didiagnosa HIV, beliau berhenti menggunakan narkoba, beliau berhenti melakukan maksiat, bahkan sehari-harinya beliau diisi dengan kegiatan ibadah, beliau jadi rajin menjaga kesehatannya dan tidak pernah bergadang. Terkana HIV dirasa beliau sebagai berkah, bukan sebagai musibah. Istri beliau juga adalah ODHA, dan mereka berdua menjadi sepasang aktivis dibidang HIV dan melindungi hak-hak orang yang terkena HIV, yang jelas mereka luar biasa bagiku. Mereka adalah orang-orang yang mampu bangkit dari keterpurukan, mungkin mereka adalah reinkarnasi jiwa dan semangat Suzana Mumi dan suaminya (Aktifis HIV tahun 80an).
Yang jelas orang yang terkena HIV masih punya kesempatan untuk melanjutkan hidupnya. Mereka masih punya masa depan seperti kita, kita tak punya hak memberikan penilaian buruk kepada mereka, tetapi kita punya kewajiban untuk memberikan support kepada mereka agar dapat tetap tabah dalam menjalani kehidupannya.
Orang baik memang punya masa lalu yang kelam, tetapi orang jahat masih punya harapan untuk memiliki masa depan yang cerah.

Hentikan tindakan stigma negatif kepada penderita HIV, karena kita tak tahu siapa yang lebih mulia disisi Allah SWT. Semoga semua ini ada hikmahnya, Aamiin.

Wednesday, 23 September 2015

BAGI ILMU

[OPPORTUNITY: Deadline: 1 Oktober 2015]
Dicari 14 relawan yang bersedia mengajar di Panti Tahfiz Ar-Raudah di Blang Ara (Simpang Buloh masuk dikit 10 menitan)
14 relawan dengan alokasi: Matematika 3 orang (SD, SMP, SMA), IPA 1 orang (SD), Biologi 2 orang (SMP, SMA), Fisika 2 orang (SMP, SMA), Bahasa Ingris 3 orang (SD, SMP, SMA) dan Pembina Pramuka Penggalang satu orang (masih dalam pertimbangan).
Alokasi mengajar sebanyak 2 jam selama 2 minggu sekali (waktu menyesuaikan).
Kriteria:
1. Mahasiswa atau alumni (tidak harus anak FKIP, yang penting mengerti bahan yg akan diajarkan)
2. Dapat mengajar dengan cara menyenangkan.
3. Beragama Islam dan memakai pakaian yang Syar'i.
4. Domisili Lhokseumawe dan Aceh Utara.
Yang berminat silahkan Inbox saya atau Line ke agustiawan288 dengan format: Nama_Domisili_Bid.Studi_No.HP.
__________________________________________________________________
FAQ PROGRAM BAGI ILMU
Di Panti Ar-Raudah Lhokseumawe.
Q: Apa sih Program Bagi Ilmu ini?
A: Yaitu program mengajar anak-anak di Panti dengan metode yang menyenangkan.

Q: Bagaimana Kondisi umum target?
A: Panti Asuhan untuk anak yatim dengan pengajaran agama intens. Dimana santriwan/wati diberikan pengajaran ilmu saintek secara otodidak a.k.a homescholing dan kemudian mengikuti ujian nasional di sekolah formal. Jumlah santriwan/wati sebanyak 60 orang dengan komposisi 30 laki-laki dan 30 perempuan. Sehingga membutuhkan pengajar atau guru yang energik dan dapat membimbing santriwan/wati untuk mengerti masalah ilmu saintek.

Q: Guru apa yang dibutuhkan?
A: Sesuai diskusi dengan kepala santri, kami membutuhkan pengajar MTK, IPA, Biologi, Kimia, Fisika dan Bahasa Inggris, serta kemungkinan akan diajukan juga pembina pramuka penggalang. Pengajaran dilakukan selama 2 jam dalam 2 minggu sekali atau menyesuaikan dengan jadwal pemateri.

Q: Saya berminat, bagaimana cara mendaftar? Apakah ada tes?
A: Silahkan inbox ke fb: agustiawan imron atau line: agustiawan288 dengan format Nama_BidangStudi_Alamat_NoHP  paling lambat tanggal 1 Oktober 2015. Tidak ada tes tetapi nantinya akan ada pembekalan.

Q: Saya berminat, bagaimana jika saya putus mengajar ditengah jalan?
A: Akan kita rekrut tim pengajar setiap bulannya, sehingga akan ada regenerasi dan pengajar lama dapat bergantian dengan pengajar baru.

Q: Kapan mulai mengajar?
A: Kemungkinan bulan Oktober pertengahan, karena kita akan brefing dan melakukan Capacity Building kepada tim yang akan turun nanti, sehingga tim dapat mengajar dengan nyaman dan dapat dipahami oleh peserta didik.

Q: Saya tidak punya basic mengajar, tetapi mau ikut?
A: Boleh saja, disini kita sama-sama belajar kok untuk membantu orang lain.

Q: Apakah tim pengajar yang mengikuti program ini akan dibayar?
A: Tidak, diharapkan pengajar yang mengikuti program ini ikhlas lillahi ta’ala. Tetapi akan diusahan uang transport ala kadarnya dari donasi dan sertifikat apresiasi.

Q: Bagaimana metode evaluasi dan Quality Control?
A: Nanti dijelaskan saat pembekalan.

Q: Saya ingin membantu, tetapi saya tidak sempat ikut mengajar. Bagaimana kira-kira?
A: Kita juga membuka Program Bagi Buku, dimana teman-teman bisa memberikan buku bacaan yang layak untuk anak-anak SD, SMP dan SMA Atau juga dapat memberikan donasi untuk operasional program ini.

More info:
Line: Agustiawan288
Fb: agustiawan imron
Twitter: @agustiawan28

Gmail: agustiawan1993@gmail.com

Saturday, 4 July 2015

Yang Tertinggal

Pagi itu warna-warni dunia melunturkan warna hitam langit, untuk diwarnai biru oleh sang maha kuasa. Sang mentari terbit memberikan bayangan yang mengikuti kemanapun kita berjalan. Menjadi teman yang akan menemani kita selama ada cahaya, tetapi meninggalkan kita ketika cahaya itu pergi. Bayangan, sebenarnya dirimu temannya cahaya atau diriku?
            Ku melihat bayangan yang sepertinya sangat bersahabat akrab dengan kita, tapi terkadang juga dia meninggalkan kita. Refleksi hitam dari tubuh kita yang dipancarkan tegak lurus dari sumbu berdiri. Bukankah dia berbentuk abstrak? Tetapi, dia selalu menemani kita dikala gelap, memberikan rasa percaya bahwa kita tak benar-benar sendiri.
            Hari libur memang menyenangkan dan sangat ditunggu. Kita dapat bersantai, melakukan aktifitas yang tidak bisa kita lakukan dihari kuliah. Tetapi, terkadang hari liburku harus ku habiskan dengan kegiatan organisasi. Seperti penyuluhan, mengajar, bersenang-senang dengan sahabat-sahabatku dan masih banyak aktifitas lain yang bermanfaat maupun tidak bermanfaat, tapi tergantung sudut pandang sih.
            Pagi yang indah dalam kegiatan penyuluhan di sebuah sekolah dasar yang ada didekat jalan Lintas Sumatera. Memberikan keceriaan kepada kami dan peserta yang mengikutinya, tidak sedikit tawa dan teriak antusiasme dari anak-anak yang sepertinya menikmati semuanya. Tiba-tiba, salah seorang adik tingkatku mendatangiku.
            “Bang, boleh minjem Tab-nya?” ucap seorang adik tingkatku di FK.
            Aku yang tidak mungkin menolaknya langsung memberikan izin sambil menyodorkan Tab-ku dengan tangan kananku. Hafni langsung mengambilnya dengan wajah yang sangat berseri-seri.
            Awalnya dia hanya membuka website kampus dan website yang berhubungan dengan pelajaran. Hingga akhirnya aku mencurigainya, mungkin dia telah melakukan sesuatu kepada Tab-ku. Dan ternyata seteleh aku mengecheck media sosialku, oh tidakkk.
            Dia membuat tulisan “Yang terlewatkan! Cinta datang terlambar cc: @WardahtulJannah.” Di twitter, facebook, line dan semua media sosial yang ada di tab-ku. Sungguh postingan yang sangat memalukan, ditambah lagi aku sangat takut jika nanti Wardah menjadi salah kaprah.
            Tak lama kemudian, seorang wanita yang dimention dalam kiriman tersebut langsung membalas kirimanku. Aku langsung membuka tab-ku dan kemudian melihat apa yang dibalas oleh sang punya akun. Aku hanya tersenyum melihat apa yang dia tulis, ku pikir semuanya baik-baik saja. Sepertinya memang tidak ada yang perlu dikhawatirkan dalam konten yang dibuat tadi. Oke... okee semuanya pasti akan berjalan seperti biasa.
            Siang berganti malam, malam berganti siang berputar sebagai satu siklus yang wajib ada disetiap perjalanan hidup kita. Tak terasa hari ini telah berlalu, terasa lelah menghadapi hari-hari yang dilalui selama perjalanan jauh ini. Lelah melangkah harus dilupakan karena hanya akan menjadi beban dalam bertindak.
            Aku menelpon perempuan yang sudah lama tak ku telpon, yang beberapa bulan yang lalu aku temui di kotanya.
            “Assalamualaikum.” Ucapku menyapanya dengan ramah di telpon.
            Dia hanya diam tidak menjawab salamku, aku mengulangi salamku sekali lagi, tetapi tetap saja dia tidak bergeming dan tidak membalas salamku. Ada apa sebenarnya, bukankah jika ada masalah sebaiknya diucapkan saja? Jangan dipendam atau disimpan sendiri sampai mengerogoti hati dan menimbulkan rasa benci.
            Tak puas karena belum mendapatkan jawaban darinya, aku mengucapkan salam sekali lagi. Tapi, dia masih tidak mau menjawabnya. Hingga akhirnya dia mulai menanggis.
            “Apa kau anggap semua ini main-main?” ucapnya di telpon seolah-olah ingin memarahiku, suara tangis yang tak kalah menyayat hatikupun ikut mengiringi ucapannya.
            Aku terdiam mendengar ucapannya, aku hanya mencoba untuk kembali mengerti apa yang dimaksud dengan perkataannya tadi, “Ada apa?”
            “Sudahlah, kau hanya menganggap ini main-main. Aku membencimu, setelah semua yang kita lalui. Kau ternyata hanya menganggap ini main-main.” Lanjutnya seraya mematikan telponnya.
            Sebenarnya ada apa ini? Mengapa suasana bisa menjadi seperti ini. Bukankah seharusnya aku menikmati hari ini dengan indah? Tiba-tiba pelangi yang ada dikepalaku luntur bak bercampur dengan cat hitam yang merusak warnanya. Hatiku semakin kacau, seolah-olah telah menjadi orat arit telur yang udah nggak karuan lagi bentuknya.
            Ntah apa yang sebenarnya terjadi, apakah karena dia tidak suka dengan apa yang dikirim oleh adik kelasku kemarin? Tetapi bukankah telah dibalasnya dan memang sepertinya sudah tidak dipermasalahkan. Apakah karena ada hal lain yang ada padaku telah membuatnya merasa terusik?
            Tetapi, bukankah aku yang seharusnya terusik dengan apa yang dia lakukan tadi. Tanpa basa basi, tanpa bertanya, tanpa menjawab dia mengakhiri telponku, dia bilang membenciku.
            Kutanyakan pada seorang temannya, apa yang sebenarnya terjadi, “Lath, kenapa Wardah marah denganku?”.
            Lathifah yang sepertinya sedang berada di pasar langsung menjawab telponku, “Emangnya kenapa gitu Gus?” begitu katanya bertanya balik.
            “Dia seolah-olah marah denganku.”, jelasku singkat.
            Lathifah yang mendengar penjelasanku langsung menyarankan aku untuk menelpon teman dekatnya yang memang sering menjadi teman curhatnya. Akupun sesegera mungkin menelpon Ayu yang sepertinya masih tidur, dengan suara ngantuknya dia menjawab telponku.
            Hmmm... bagaimana mungkin perasaannya tak tersakiti? Aku seolah-olah datang dan pergi begitu saja. Datang tak diundang, pergi tak permisi. Seolah-olah membuatnya yang ‘katanya’ menunggu menjadi jengkel. Betapa tinggi dinding pembatas yang dia buat kepada orang-orang, betapa dia menjaga dirinya untuk tidak didekati oleh orang lain.
            Melihat dirinya yang sangat menjaga diri membuatku takut mendekatinya, aku hanya berani sebatas dekat berteman saja walaupun sebenarnya aku juga menyukainya. Aku hanya takut dia telah menyukai laki-laki lain, sehingga aku akan kecewa jika terlalu mengharapkannya. Sehingga aku seolah-olah terlihat melewatkannya, dan akhirnya dia menjadi yang terlewatkan tanpa status yang jelas. Ditambah dengan candaan adik kelasku yang sepertinya menjadi pemicunya, pemicunya seperti seolah-olah dipermainkan olehku.

            Ku pikir, dia telah memiliki laki-laki idaman yang sangat dia sukai, sangat beralasan aku berfikir begitu karena betapa tinggi tembok yang dia buat untuk menjaga jaraknya dengan laki-laki. Aku sangat penasaran hingga aku bertanya kepada teman dekatnya lagi. Tetapi jawaban yang aku dapatkan saat aku bertanya kepada teman dekatnya. Ternyata itu adalah aku, yang menjadi bayang-bayang yang aku takutkan sehingga aku menjadi orang yang melewatkan dan bisa saja akhirnya dilewatkan.

Friday, 3 July 2015

BETAPA AGUNGNYA INDONESIA


      
      Sepulang dari Solo, kota kenangan yang indah tenan aku mendapat undangan untuk datang melihat peresmian salah satu Kapal Perang buatan Indonesia. Sepertinya sebuah kehormatan untuk seorang mahasiswa yang belum memiliki jabatan apa-apa dipemerintahan.
            Lautan Selat Malaka yang indah, tepat didepan sana kita dapat melihat Negeri Jiran Malaysia yang jaraknya hanya beberapa puluh mil dari pandangan. Sepertinya sangat indah untuk dikunjungi, tetapi saatnya sang ikan raksasa itu memecah ombak dan berlayar sampai di dermaga.
            “Ini pasti buatan luar negeri.” Ucapku dalam hati dengan nada sinis melihat kapal besar yang sedang bersandar di dermaga.
            Entah kenapa setiap barang yang kita gunakan selalu ekspor dari luar negeri. Ntah itu alat perang, alat kesehatan, transportasi, dan bahkan alat mandi. Jadi, seolah-olah hidup kita ini tak lepas dari asing sejak bangun tidur saat alarm yang berbunyi (karena HP rata-rata buatan Amerika, Korea, Swedia, Vietnam dan lain-lain), mencuci pakaian (rata-rata sabun cuci dari unilever), sampai ke tidur lagi (kasur buatan Cina).
            Kami langsung dipersilahkan memasuki kapal melihat isi kapal dan pemandangan yang ada dari atasnya. Sepertinya jika aku mengajak Wardah kesini akan sangat romantis, bahkan kami bisa memerankan gaya Leonardi de Carpetno pas lagi main film titanic, tapi itu semua hanya mimpi. Mana mau perempuan seperti dia bergaya aneh-aneh kayak gitu.
            Anjungan yang luar biasa didalam kapal, semakin membuatku yakin bahwa ini pasti buatan laur negeri minimal dari Belanda lah. Setelah aku bosan, aku langsung menuruni tangga anjungan menuju badan kapal untuk keluar dari kapal pembawa meriam berukuran 40 meter tersebut. Aku terhenti sejenak ketika melihat seorang perwira menengah berpangkat Mayor TNI AL yang ternyata adalah kepala bagian operasional kapal tersebut. Dia menyapa duluan kemudian mengajakku ngobrol.
            “Halo mas.” Ucap beliau memakai logat Jawa kental menyapaku dengan lambaian tangan dan senyum ramahnya.
            “Iya, pak.” Jawabku singkat. “Pak, saya mau bertanya. Kapal ini buatan mana ya pak?” lanjutku dengan pertanyaan yang sepertinya nggak penting banget.
            Beliau langsung menjawab, “Oh, ini buatan Indonesia pak.” Dengan bangga membusungkan dadanya.
            “Ha Indonesia?” aku kaget banget mendengar pernyataannya.
            “Kok kaget mas?” tanya beliau, “Kalo begitu ayok ikuti saya mas.” Ajak beliau mengajakku kesebuah ruangan yang berisikan informasi kapal tersebut.
            Aku mengikuti beliau dan melihat semua papan yang tertempel rapi dan elegan dikapal tersebut. Ternyata benar kapal tersebut buatan Indonesia, bukan rakitan ya! Tetapi memang semua bahan dan tenaga pembuatan kapalnya asli Indonesia! Tulen Indonesia.
            Kapal buatan PT. PAL yang merupakan BUMN milik negara yang seperti berafiliasi dengan Angkatan Laut Indonesia memang sering memproduksi kapal sampai diekspor keluar negeri. Sampe-sampe negara Eropa juga mesen kapal tersebut lho.
            Sebenarnya kita nggak usah kaget deh dengar yang kayak gituan. Masih ingat dengan senjata Kopassus, Tank Anoa dan semua senjata Angkatan Darat yang dibuat oleh PT. Pindad. Sampe-sampe senapan buatan PT. Pindad tersebut selalu mengunguli semua senjata modern angkatan darat yang dibuat negara luar, bahkan tank dan panser buatan PT. Pindad sering dipesan oleh orang luar negeri.
            Bagaimana dengan industri kedirgantaraan? Prof. Habibie memang ahlinya, sampe-sampe industri dirgantara Indonesia pas orde baru mengungguli negara-negara barat sampai akhirnya beliau diambil oleh Jerman, menyedihkan sekali ya. Baru-baru ini kita dengar Putra Petir yang membuat mobil tanpa bahan bakar minyak, katanya bahan bakarnya pakai air lho. Bosen banget kalo ngomong masalah senjata militer sama transportasi karena nggak bakal habis-habisnya. Kalo kita bicara masalah fashion gimana?
            Batik Jawa yang khas, cual Sumatera, songket Palembang, dan masih banyak lagi busana Indonesia yang menjadi daya jual daya beli pokoknya daya lah, yang penting bukan daya buat cuci baju. Bagaimana dengan Eiger dan Addidas? Yang katanya dibuat di Bandung. Bola Piala Dunia Afrika Selatan yang namanya kalo nggak salah Jabolani (bukan?) juga dibuat di Indonesia.
            Jadi, sebenarnya kita punya potensi untuk maju, kita punya potensi dan daya saing untuk memajukan Indonesia dengan berbagai cara. Kita punya semua bahan baku untuk membuat apapun, Cuma kita kekurangan tenaga untuk mengolahnya.
            Sebenarnya aku juga salah, kenapa aku meremehkan dan mengejek bangsa dan negaraku sendiri. Kenapa aku begitu tidak percaya bahwa Indonesia se Agung ini? Bahwa Indonesia bisa melakukan hal segila ini, sehebat ini, bungkam mulut kotor kita yang merendahkan bangsa kita sendiri, berbicaralah yang positif tentang bangsamu.

            Come on baby, kita pasti bisa. Hanya saja kita belum menanamkan mimpi-mimpi itu kepada anak-anak yang nantinya akan meneruskan perjuangan kita membangun Indonesia yang bermartabat, berilmu dan beriman. Sekali lagi, jangan hina ke-Agungan negerimu.

Monday, 29 June 2015

PENYAKIT YANG PALING BERBAHAYA?

 
Mampung di Bulan Suci Ramadhan, aku mau nulis sesuatu yang mungkin bisa menyadarkan kita bahwa betapa maha pengampunnya Allah SWT yang merupakan Dzat paling sempurna dan maha pengampun. Bulan Ramadhan betapa istimewanya Engkau dibanding sebelas saudara angkatmu yang sepertinya menginginkan keistimewaan sepertimu. Di dalam badanmu juga Al-Quran sebagai wahyu dan mu’jizat terbesar Rasul diturunkan.
Dan kita mulai ceritanya....
Satu... dua... tiga... seolah-olah sesuatu dihitung sesuai dengan fungsi nominalnya. Melihat sesuatu dan melabelkannya untuk akhirnya dipilah-pilah, oh dia orang baik, dan oh dia orang jahat. Cukup mengesalkan bukan?
            Pantas saja ayahku sering berkata, “Penyakit yang paling mengerikan didunia ini adalah AIDS.” Sebut ayahku dengan penuh teka-teki.
            Aku memandang wajah ayahku yang sudah mulai mengeriput, “AIDS?” bergumam dengan banyak tanda tanya tentang maksud ucapan ayahku itu.
            “Iya, AIDS... bukan AIDS yang kena HIV itu, tetapi Angkuh, Iri, Dengki dan Sombong.” Ucap ayahku menambahkan.
            Ayahku memang sedikit berbicara, seolah-olah ingin aku selalu mengerti sesuatu dari pengalaman kehidupanku. Sekarang, aku baru sadar apa yang diucapkan oleh ayahku itu benar. Sekarang sudah mulai bermunculan orang-orang angkuh yang kalo kita lihat sendiri sebenarnya apa yang dia angkuhkan itu bukanlah hal yang panats untuk dijadikan bahan untuk angkuh. Bagaimana dengan iri? Mereka iri dengki melihat seseorang lebih maju darinya, bukan iri dalam hal positif tetapi iri dalam hal ingin menjatuhkan dan akhirnya berujung dengan riya. Bukankah itu berbahaya? Lebih berbahaya dari penyakit AIDS yang sebenarnya hanya menyerang jiwa.
            Iri terkadang membuat kita lupa apakah yang dia lakukan itu baik atau buruk. Terkadang orang-orang berbuat kebaikan, hanya gara-gara kita iri bisa langsung bilang kalo apa yang dia lakukan itu salah, buruk atau bahkan langsung menjudge riya’. Contoh: ketika kamu buat Bakti Sosial, kegiatan baik dengan niat baik. Tetapi banyak bibir yang mencibir bilang itu pasti riya’ atau itu pasti biar dilihat orang.
            Come on Baby, kita hanya boleh lihat apa yang dia lakukan, tapi kita tak berhak menilai itu. Cukup lihat, kalo baik kita ikuti dan kalo buruk kita tegur baik-baik.
            Iri sih nggak bakal jadi penyakit kalo kita sikapi dengan bijak. Contohnya ni ye, aku sering iri banget sama temenku yang kayaknya mengerti dan paham banget isi buku. Alhasil aku belajar mengikuti pola belajarnya, aku jadikan dia guruku dan aku minta ilmunya untuk aku pahami. Irinya membuahkan hasil, yaitu ilmu yang bermanfaat.
            Bagaimana dengan dengki? Memang dengki merupakan penyakit yang mengerikan. Sering orang-orang senang lihat orang susah dan susah lihat orang senang. Melihat tetangganya beli mobil baru langsung aja sewot. Kalo lihat tetangga beli mobil baru harusnya ente bersyukur berarti nanti bakal ada yang bisa nebengin ente didalam mobil kalau hujan.
            Kita udah bahas iri dan dengki, sekarang gita ganti ke Sombong.
            Sombong itu sifat Iblis (semoga Allah SWT melaknatnya), tak pantas dimiliki oleh manusia yang tidak memiliki apa-apa. Angkuh dan sombong bisa sepaket, dia angkuh mengatakan bahwa apa yang dia katakan benar sekaligus sombong karena dia telah dijalan yang (diyakininya) benar. Kita bukan berbicara masalah aqidah yang memang seharusnya adalah sesuatu yang harus satu. Tetapi masalah cara berjuang seseorang satu sama lain.
            Setiap manusia memilih jalan berjuangnya masing-masing. Ada yang berjihad dengan harta, ada yang berjihad dengan tenaga, ada yang berjihad dengan semangat, dan bahkan ada yang berjihad hanya dengan hafalan. Tetapi itu tak pernah menjadi masalah pada Zaman ketika Rasul masih hidup.
            Banyak orang yang dosanya berlimpah seperti gunung, ada pembunuh, ada penzina, ada peminum-minuman keras, ada apa lagi? Tetapi ketika mereka bertanya kepada Rasul apakah mereka akan diampuni oleh Allah pencipta alam? Rasul menjawab dengan lantangnya kalau semua kesalahannya dapat diampuni oleh Allah SWT maha pengampun asalkan dia mau bertaubat nasuha.
            Tetapi sangat banyak orang-orang (zaman kini), yang ntah ilmune cetek atau memang kagak ngarti menjudge orang lain langsung masuk neraka, dosanya nggak bisa diampuni dan statement aneh-aneh pokoknya.
            Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan seseorang yang melakukan kesalahan. Asalkan dia bertaubat, dia meminta maaf, dia menyesali perbuatannya, menganti rugi apa yang memang harus diganti dan berjanji tak akan melakukannya lagi. Come on boy, kita ini manusia dan pasti punya salah apapun itu. Umar yang hampir membunuh Rasul aja diampuni oleh Allah SWT dan dimaafkan oleh Rasul kok. Lho? Jadi kita kenapa nggak?
            Bahkan terkadang orang-orang “Bersalah” ini membutuhkan support dari kita untuk dapat bangkit kembali dari keterpurukannya. Bukan karena mereka lemah, mereka hanya ingin mengetahui apakah masih ada orang yang mendukung kebaikannya (taubat dan meminta maaf itu kan perbutan baik). Setiap perbuatan baik butuh dukungan, butuh orang-orang yang rela berdiri mengayomi. Bukan malah mencela, menghina, mengahrdik bahkan mengkafirkan orang-orang seperti itu.
            Ingat lho, jangan hanya gara-gara kita merasa dekat dengan Tuhan membuat kita sombong tak mau bergaul dan menjudge orang-orang. Jangan gara-gara itu pula kita menjadi angkuh. Jangan gara-gara itu pula kita menilai semua yang dilakukan oleh orang-orang buruk (kalo diluar gerakanmu).
            Orang-orang yang kita anggap sering berbuat buruk masih memiliki kesempatan untuk bertaubat dan meminta maaf. Toh mereka masih punya masa depan yang siapa tau bisa menjadi manusia yang lebih baik daripada kita, contohnya kayak Alm. Uje.
            Pokoknya kalo udah kena penyakit AIDS ini, apapun yang dibuat orang-orang pasti salah dan mencari-cari kesalahan. Sekecil apapun jadi dibesarkan, dan terkadang nggak sesuai dengan ucapannya.
            Semua manusia udah mulai berlomba-lomba jadi Tuhan, semua manusia udah mulai merebut tugas malaikat Raqib dan Atid. Mencatat dosa aku, dosa kamu dan dosa kita lalu mencatat pahala dia, dia dan dia yang memang sebenarnya sudah menjadi tugasnya Malaikat.

            Nah, mari kita sama-sama menjauhi penyakit AIDS dan memperbaiki diri kita masing-masing dan mengajak orang-orang dalam kebaikan dengan nyaman dan indah tanpa menyakiti. Yang merasa banyak dosa (yang jelas ane juga banyak dosa) mari kita selalu bertaubat, berdo’a agar Allah SWT mengampuni dosa kita, dosa ibu bapak kita, dosa nenek kakek kita, dosa saudara kita, dosa guru-guru kita dan dosa orangtua dari guru-guru kita. Lets go, i think you can.

Thursday, 4 June 2015

DINDING KACA

Tak terasa sudah empat hari aku di Surabaya. Mendapatkan teman baru dan mendapatkan pengalaman baru. Teman dan pengalaman, mana yang kamu pilih dalam setiap kegiatan?
Persiapan kepulangan peserta yan mengikuti kegiatan Karya Ilmiah di Surabaya. Mengisyaratkan pertemuanku kembali dengan Wardah setelah dua tahun tak berjumpa. Aku mencari kamar Wardah untuk berpamitan kepadanya.
“Assalamualaykum...” ucap salammku disertai ketukku disuatu ruangan yang ditutup oleh pintu yang sangat rapat.
Tiba-tiba suara dibalik pintu itu membalas salamku seraya membuka knok pintu. Perempuan itu keluar membawa koper besar yang ntah apa isinya. Bisa saja peralatan hotel atau lemari dia bawa pulang kerumah.
“Eh, ada apa ni pagi-pagi udah ngetuk pintu kamar orang?” tanya Wardah dengan logat medhok Jawanya yang sangat khas sekali.
Akupun menjawab, “Nggak ada, aku hanya tidak ingin jika aku tidak dapat melihatmu sebelum waktu-waktu perpisahan kita.” Jawabku ringan dan singkat.
“Benarkah begitu?” tanya Wardah penasaran. “Maaf aku harus pulang ke Solo sekarang.” Ungkapnya dengan membawa kopernya berjalan meninggalkan aku.
“Wardah!” ucapku menghentikan langkahnya yang berjalan, seketika dia langsung berhenti berjalan dan menoleh kearahku. “Bolehkah aku ikut ke Solo?’ tanyaku kepadanya.
Wardah yang melihatku dari tadi hanya terdiam seperti berfikir, “Hmmmm... bagaimana ya?” tanya dia kepada pribadinya yang labil itu. “Kalo kamu ke Solo, aku nggak menanggung apapun lho. Bagaimana?” ungkap Wardah setengah bertanya.
“Iyalah emangnya aku bakal nginep dirumahmu!” seruku menjawab. “Udah deh, pokoknya kamu tenang aja, fungsi dan tugas kamu disana hanya menemani aku jalan-jalan aja. Fix?”
“Bagaimana dengan tempat tinggalmu selama di Solo nanti?” tanya Wardah.
“Kan ada hotel bulan bintang, aku bisa tidur disana.” Jawabku sambil tertawa. “Lagi pula aku hanya satu hari aja kok di Solo, besoknya langsung pulang.”
“Ha? Hotel Bulan Bintang?” Wardah mulai memasang wajah bingung dengan tatapan itu dia melihatku sambil memiringkan kepalanya.
“Hahaha. Maksudku mesjid.” Jawabku berguyon.
Oke, sekarang perjalanan ke Solo dimulai. Kami menggunakan kereta api dari Surabaya ke Solo. Tak terasa banyak kisah yang kami habiskan. Dari membeli tiket ke calo, sampai beli nasi uduk.
Saat di perjalanan, seorang penjual nasi uduk menajajakan masakannya. “Mas, nasi uduk. Ada rendang, ayam, telur dan macem-macem mas.”
Aku yang sedikit iba melihat ibu yang berjualan saat kereta ini berhenti sejenak pun langsung membeli salah satu makananya, “Bu, saya mau yang rendang aja.” Ucapku sambil memberikan uang lima ribuan.
Beberapa menit kemudian, kereta api yang berhenti beberapa menit itupun langsung bergerak diikuti oleh arus keluar dari seluruh pedagang yang menajajkan jualannya. Aku yang kelaparan di pagi itupun langsung membuka santapan pagiku dengan laparnya, pas aku menggigit rendangnya. “Kok alot ya?” tanyaku dalam hati. Pas aku cek dan ricek, eh ternyata rendangnya adalah potongan sendal jepit yang dikasih kuah rendang.
Wardah yang melihatpun hanya tertawa terbahak-bahak. Aku yang kesal langsung mengumpat sang ibu penjual nasi sambil membuangnya keluar, “Memang kurang ajar penjualnya.”
Tak terasa matahari yang sudah terbit sendari tadi memaksa kami untuk Sholat Shubuh di kursi penumpang kereta api yang kami tumpangi. Berjam-jam telah kami lewati dan akhirnya kami sampai di Stasiun Balapan Solo.
“Gus, rumah aku dekat arah selatan. Aku pulang dulu ya buat mandi, nanti kita ketemu di SGM yah.” Begitu ucap Wardah yang langsung memberhentikan taksi untuk di tumpangi olehnya.
Ditinggal sendiri oleh Wardah di salah satu Kota Besar di Jawa Tengah itu, aku masih dalam pencarian mushala atau mesjid yang bisa aku tumpangi sebagai tempat mandi. Setelah menemukan masjid yang bersih dan tepat, akupun meminta izin ke marbot untuk dapat mandi di mesjid yang dijaganya.
Tepat pukul sebelas, aku menunggu di SGM. Aku duduk didepan pagarnya membentangkan tikar dan menaruh mangkuk didepan tubuhku seperti gembel. Sudah satu jam aku menunggu, sudah satu jam setengah, dan akhirnya sudah dua jam.
Aku langsung menelpon Wardah, tapi tidak mendapatkan respon. Aku mencoba menelponnya lagi, kemudian tak diangkat. Sudah kucoba tiga kali, akhirnya dia mengangkat telponku, “Wardahhhhh, kok baru kamu angkat? Aku sudah nanggu dari jam sebelas tadi!” ucapku kepadanya.
“Iya, aku lupa.” Ucap Wardah dengan suara seperti orang yang baru bangun tidur. “Tunggu aku ya, sekitar setengah jam lagi.” Pintanya.
Aku menahan rasa kesalku. Ingin aku membanting Handphoneku kemudian ku kunyah kayak nelen permen karet, ternyata dia tumor (tukang molor) juga. Nggak aku sangka dia bisa jadi seceroboh itu.
Jam tiga kurang, aku masih menunggu di depan SGM sambil memainkan tabku. Sesekali aku mengirimkan pesan singkat menanyakan dia sudah dekat atau belum.
“Agus, mohon maaf tadi aku ketiduran.” Ucap seorang wanita yang melambai dari balik tubuhku.
Aku yang mambalikkan wajahku sebentar, langsung melanjutkan perjalanan hanya dengan berkata, “Ayo masuk.” Ajakku dengan dinginnya.
Dia hanya mengikuti aku berjalan sambil berbicara dan tertawa sesekali seperti ingin menghiburku. kami bercerita berdua, apa yang telah kami lalui saat kami berdua tidak bertemu. Terlalu banyak hal yang kami lewati tanpa pertemuan, terlalu banyak petualangan, dan sesekali aku menyentil masa lalu kami.
Dia hanya bisa tertawa ketika mendengarkan cerita kami waktu masih SMA, bertampang lugu dan tak mengenal dengan sangat dekat satu sama lainnya. Bahkan hanya pernah menyapa sesekali tanpa mengenal nama.
“Agus udah makan?” ucap Wardah yang mungkin baru sadar bahwa aku belum makan karena menunggunya terlalu lama dari tadi.
“Belum sih.” Jawabku singkat berharap bisa makan dirumahnya. “Kita makan dimana? Dirumahmu?” tanyaku.
“Jangan!” jawabnya singkat. “Mending kita cari warung yang ada disekitar sini aja ya.” Dia menyarankan untuk makan di warung kesukaannya.
Kami pergi kesana menggunakan bus kota, bercerita berdua. Kemudian turun di persimpangan jalan hingga akhirnya kami harus kelelahan karena berjalan kaki menuju lokasi makan yang cukup jauh.
“Kalo lokasi makannya jauh kayak gini. Aku bisa pingsan duluan War.” Keluhku sambil membersihkan tetesan air yang bercucuran dari jidatku.
“Eh! Laki-laki tak boleh mengeluh. Bagaimana kalo kamu sudah dewasa dan harus berkeluarga nanti? Jadi kebiasaan lho!” seru Wardah dengan tegasnya.
Tak lama setalah memesan makanan, makanan yang kami pesan langsung datang. Aku langsung mengambil makananku dan bersiap-siap untuk makan. Kami berdua makan sambil bercerita lagi, kemudian Wardah meletakkan makanannya kedalam piringku, “Ini, makanlah. Kamu butuh energi lebih.” Ucapnya singkat.
Tak terasa sang surya sudah tenggelam. Wardah meminta izin untuk pulang kerumah. Karena anak sepertinya tidak diizinkan keluar malam sendirian, tanpa ibunya yang mengikuti.
Dia pulang dengan menaiki taksi biru itu, diam-diam aku mengikutinya. Aku sangat penasaran dan sungguh ingin mengetahui dimana letak rumahnya. Tapi ntah mengapa Wardah selalu melarangku untuk datang kerumahnya, bahkan di Hari Lebaran.
Setelah kepulangan Wardah kerumahnya, aku melanjutkan perjalananku sendiri ke wisma tempat aku menginap. Memang sangat menyedihkan, saat siangnya kita dapat menghabiskan waktu bersama seseorang yang kita inginkan, dan malam mengubah segalanya membuatku sendiri dan tak tau apa yang harus aku lakukan sendirian selanjutnya.
Tiba-tiba, sebuah pesan singkat masuk ke telpon genggamku. Aku langsung membacanya, “Ternyata dari Wardah.” Ucapku dalam hati.
Aku langsung membuka pesannya dengan sangat gembira, ntah apa yang ingin diucapkan olehnya. “Besok aku akan ke bandara jam setengah delapan.” Begitu bunyi SMS Wardah ditengah malam ini.
Aku yang kelelahan karena perjalanan yang cukup jauh dan mengasyikan ini langsung terpejam untuk menikmati mimpi-mimpi indah. Ditemani bintang porno-eh salah maksudnya bintang-bintang, televisi yang masih berisik, bulan yang terangnya melawan gelapnya malam aku ingin setiap hari seperti ini bersamamu.
Sang fajar telah terbit, memaksa kita untuk bangun dan melanjutkan aktifitas. Aku berjalan menuju masjid terdekat untuk melaksanakan Sholat Shubuh berjamaah. Tak terasa beberapa menit setelah sholat, aku harus merapikan barang-barangku sebelum aku pulang ke Palembang.
Aku mencari taksi untuk menuju bandara, aku harus sampai di bandara jam tujuh pagi. Karena pesawatku akan berangkat jam sembilan kurang. Hari ini menjadi hari terakhir pertemuanku dan Wardah untuk satu tahun ini, karena aku tidak akan punya kesempatan yang sama untuk kembali ke Solo.
Aku duduk sendiri dikursi yang dihimpit oleh dua pot buga yang berukuran besar, menunggu seorang wanita yang katanya sedang dijalan. Kulihat jam tanganku telah menunjukkan jam delapan. “Dimana kamu Wardah? Kamu telat lagi setengah jam.” Begitu ucapku dalam hati.
Aku sangat takut dia tak bisa sampai kesini sebelum aku berangkat, sedikit demi sedikit aku menitihkan air mataku. Rasa ketakutan itu sampai membuat kepalaku sakit, aku bertanya-tanya didalam hati “Wardah, kamu dimana?”.
Tiba-tiba Handphoneku berdering. Aku merasa senang melihat ternyata yang menelponku adalah Wardah. Segera aku mengangkat telponku.
“Assalamualaikum, kamu dimana Gus?’ ucap Wardah ditengah keramaian.
Akupun berdiri sambil melihat kekanan dan ke kiri, “Aku diatas, aku dikursi yang ada dekat Solaria.” Ucapku.
“Oh disana, aku lagi di eskalator. Tunggu aku ya.” Ucap Wardah sambil berlari, “Kamu udah makan?” tanyanya kepadaku.
Aku hanya menjawab, “Cepat kesini!” sambil mematikan telponnya.
Akupun terduduk kembali sambil menanggis, harapanku hari ini hanyalah bisa melihat wajahnya untuk tahun ini hingga akhirnya aku memiliki kesempatan untuk kembali kesini.
Seorang perempuan datang kearahku, “Agus, kamu kenapa?”
“Nggak ada kok.” Aku langsung berdiri berjalan seolah-olah mengajaknya.
“Kita makan pagi dulu yok.” Ajak Wardah sambil menuntunku ke Solaria, “Ayok ikuti aku.”.
“Eh, waktu kita tinggal setengah jam lagi!” ucapku sambil duduk didepannya untuk menyantap makan pagi kami.
“Terus masalahnya apa?” dia bertanya seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Kami makan berdua dimeja itu, sesekali kami berfoto selfie berdua dan meminta tolong kepada petugas makanan untuk memotret kami berdua.
“Apakah kita akan bertemu tahun depan?” tanyaku kepadanya.
“Kenapa harus tahun depan?” dia bertanya balik. “Bahkan aku berdo’a agar pesawatnya delay sampai besok. hehehe.” Dia tertawa licik.
Aku yang mendengar ucapannya hanya tertegun dan berfikir ternyata dia ingin lebih lama lagi menghabiskan waktu bersamaku.
“Bahkan aku ingin pesawatnya jatuh dan meledak. Biar kamu nggak jadi pulang. Hehehe.” Ucapnya yang makin brutal, “Atau kamu jadi gembel dijalan dekat UNS, biar aku bisa kasih kamu makan setiap hari.” Fantasi yang dia miliki sepertinya memang terlalu berlebihan.
Percakapan kami langsung terpotong oleh pengumuman yang dibuat pihak bandara, “Kepada penumpang pesawat Air Asia agar dapat segera masuk ke pesawat.” Ternyata itu adalah panggilan terakhir.
“Aku harus pergi sekarang, terimakasih atas semuanya. Semoga kita bisa ketemu lagi.” Ucapku sambil membawa koperku naik keatas.
Dia hanya terdiam dan ikut berlari, tetapi dia tak bisa naik keatas. Dia hanya bisa melihatku dari balik dinging kaca yang berada didekat pintu masuk check in. Dia melihatku yang sedang menaiki eskalator, aku yang sedang berada di sana hanya bisa melihatnya dengan senyuman.
Ku lihat matanya sudah mulai berkaca-kaca, bibirnya yang terbiasa senyum tidak dapat lagi berkamuflase dan mengkiaskan bahwa dia sedang sedih. Aku yang melihatnya dengan senyuman, langsung memalingkan pandanganku dari wajahnya untuk menyembunyikan air mata.
Aku pergi dengan menyisakan sedikit air mata sampai akhirnya aku duduk didalam pesawat. Dinding kaca yang membuat Wardah tak berdaya itupun menjadi saksi perpisahan kami pada tahun ini.
Wardah yang berjalan ke parkiran sambil membersihkan air matanya hanya bisa melanjutkan perjalannya menuju rumah.

Saat dia sedang berjalan keluar, dia melihat ada pesawat Air Asia yang sedang terbang diatas kepalanya. “Mungkinkah itu pesawatnya?” ucapnya didalam hati sambil melanjutkan perjalanan.