Tak terasa waktu demi waktu bergulir menggiling harapan dan impian yang kita buat dan akhirnya mengikuti kita. Kiasan tanda tanya yang tergambar dikepala mulai muncul, ketika bertanya-tanya akan yang terjadi dimasa mendatang.
Tapi, suatu hari tanda tanya itu akan terhapuskan oleh waktu yang lancang memberikan memori baru, baik yang diinginkan maupun yang tidak!
Terkadang hal demikian membuat kita disorientasi. Tau disorientasi itu apa? Jadi kita tidak menyadari sesuatu yang terjadi pada kita. Tak menyadari kita ada dimana, dengan siapa, kapan, dan bahkan sedang berbuat apa.
Malam ramai di Kota Bari tak seperti biasanya HaPeku sunyi dengan bunyi-bunyi. Kadang ada SMS dari operator yang sangat intens menghubungiku, bahkan telpon yang salah sambung. Tapi tak apalah dari pada tak ada yang menghubungi.
Tiba-tiba suara ‘alamat palsu’ yang jadi ringtone HaPe-ku berbunyi bertanda ada yang menelpon.
“Assalamualaikum, ada apa?” ucapku menyambut telepon dari seseorang yang namanya tak tercantum di kontak HP-ku.
Suara perempuan diseberang sana menjawab, “Wa’alaykumsalam, alhamdulillah baik. Bagaimana dengan dirimu?” tanyanya.
Memang dia perempuan yang aneh. Terkadang cuek, terakdang peduli, terkadang memberikan harapan palsu dan terkadang sepertinya tegas tak ingin. Mungkin dulu waktu dia masih kecil pernah salah pake vaksin ya.
“Alhamdulillah baik.” Jawabku singkat membalas cueknya yang dulu-dulu.
“Aku sekarang kuliah di FKIP, alhamdulillah ya sesuatu.” Katanya mengikuti gaya Syahrini.
“Kemarin nanggis-nanggis nggak masuk FK. Kok sekarang malah senang?” sindiru sedikit mengingatkan saat itu.
“Iyah, kita kan harus bersyukur mungkin ini yang terbaik. Yang jelas, aku masih bisa beraktifitas dan berbakti seperti biasa. Nggak musti masuk FK kan?” ceramahnya balik sebagaimana aku menyeramahinya kemarin.
Harus kita akui, semua hal yang terjadi di dunia ini tidak kebetulan. Ada rencana baik dari sang pembuat takdir hidup kita agar kita dapat menikmati apa yang kita terima sekarang.
Wardah memiliki keinginan untuk masuk ke Fakultas Kedokteran. Memang dia sangat ngotot ingin jadi dokter, tetapi sayangnya dia belum bisa melewati passing grade yang dipatok oleh FK UNS hingga akhirnya. Walaupun dia nggak masuk ke FK, minimal dia bisa masuk ke FK-IP UNS. Huhu.
Jadi ingat dengan pesan Tuhan agar kita selalu bersyukur atas apa yang telah Dia berikan, karena jika kita bersyukur pasti nikmat itu akan bertambah. Tapi jika kita mengingkari nikmat-Nya, maka tunggulah azab yang sangat pedih dari Tuhan.
Sekarang aku ingin Stalkingin facebooknya, ternyata dia tak berubah. Tetap aktif seperti yang dulu. Semuanya dia ikuti dari BEM, UKMI, FLP, KAMMI, taekwondo (kalo tulisannya bener ya) dll mungkin kalo ada grup yang hobby kooprol dia juga bakal ikut memeriahkan.
Tapi, menurutku tak baik jika kita mengikuti semua organisasi yang ada dikampus. Cukup ikuti satu dan tekuni yang satu itu setekun-tekunnya. Kalo ikut UKMI ya tekun banget harus jadi ustadz/ah, kalo ikut riset ya harus bisa jadi orang-orang riset yang suka pegang tikus, kalo mau jadi BEM ya ikutilah BEMnya dengan sangat baik. Pokoknya jangan tanggung-tanggung deh jadi orang.
Tiba-tiba dia kembali bersuara memecah lamunan
“Gus, nyesel juga dari dulu nggak mendalami FKIP ya. Pantes dari dulu kamu punya cita-cita masuk FKIP.” Ucapnya menyenangkan diri sendiri. Walaupun aku tahu sebenarnya dia berduka karena tidak masuk FK. Iya, lama-lama mungkin dia bisa jadi gila dan membuatku sedikit takut.
Aku hanya meng-iya-kan saja, tak terlalu merespon kata-katanya yang udah agak ngelantur.
Secara, anda nggak akan mencintai sesuatu jika anda nggak pernah masuk kesana. Anda akan mencintainya perlahan-lahan, satu demi satu dan semakin dalam semakin hari.
Bukan dengan ringannya atau anda sukai pekerjaan itu anda bisa jadi cinta, tapi dengan cintalah anda bisa menyukai dan membuat sesuatu pekerjaan menajdi ringan. Tak perlu takut kalo kenyataan tak sesuai ekspektasi, tapi tak ada salahnya untuk berusaha dan bermimpi toh?
Dan bagaimana dengan aku sekarang?
Oke sekarang aku fix jadi mahasiswa FK. Sedikit mengerikan dan sangat jauh dari keinginan yang aku inginkan. Aku dari dulu memang punya cita-cita jadi guru, Cuma karena beberapa hal dan lain-lain aku banting stir masuk ke FK.
Sekolah yang katanya berisi orang-orang pintar, serisi orang-orang jenis, ambisius dan harus sering baca. Tapi ini sungguh membuatku bingung, karena sungguh aku tak pernah merasa sekolah di FK.
Hingga sampai hari ini aku bingung, kenapa aku bisa masuk kelas Anatomi, kelas Fisiologi, kelas Farmakologi dan lain-lain. Yang jelas ntah kenapa kepalaku seperti terkena sindrom neurologi, aku disorientasi dengan stastusku sebagai mahasiswa FK. Tapi aku tetap bersyukur akan hal itu.
No comments:
Post a Comment