Saturday, 10 June 2023

Wardah Dimana?

 Jadi aku memasuki ruang Ketua Jurusan dengan dua orang kakak kelasku. Kami sedang berdiskusi untuk mengikuti lomba penelitian yang akan diadakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Kebetulan untuk tahun ini tuan rumahnya adalah salah satu institut teknologi terbesar di Surabaya.

            “Gini bu, kita pilih judul ini karena memang jarang diangkat di masyarakat. Kalo judul yang satunya udah banyak yang tau juga kan bu?” ucapku dalam diskusi dengan salah satu dosen yang membimbing kami.
            “Iya juga.” Jawab dosen singkat dengan melihat dan sedikit mencoret-coret ejaan yang (mungkin) kurang tepat.
            Bu dosen langsung mengangkat kepalanya perlahan sambil bertanya, “Leadernya siapa?” ucapnya dengan gaya MLM lagi nanya.
            Serentak kedua kakak kelasku langsung menunjukku yang duduk ditengah-tengah. “Agus bu.” Dengan sangat kompaknya.
            “Kenapa dia? Dia kan junior kalian.” Ucap dosenku dengan nada yang meremehkanku.
            “Nggak bu, karena dia yang ngajak kami. Lagipula kan hanya dia sendiri laki-laki dikelompok kami.” Ucap Kak Nova seorang perempuan berjilbab lebar.
            Aku sangat menyukai sosok Kak Nova seorang perempuan alim yang nggak pernah marah. Bahkan nggak bisa berkata kasar sedikitpun, mungkin beliau bisa disebut dengan teladannya para wanita jaman sekarang. Hehehe.
            “Kak Nova sekarang gimana?” ucapku sambil berjalan meninggalkan ruang kajur dengan Kak Nova dan Kak Silfia.
            Kak Nova menjawab dengan gaya khasnya, “Yaudah dek. Gini aja, adek buat BAB Satu, kakak buat BAB Dua, Kak Sifi buat BAB Tiga.” Jawabnya memberikan sedikit solusi tentang pembagian tugas, “Gimana dek?”
            Kak Silfi langsung menjawab, “Sip. Gitu aja Nov, udah bagus kok.” Jawab Kak Silfi menyetujui pembagian tugas tadi.
            Kami pulang kerumah masing-masing dengan membawa tugas yang harus diselesaikan dua hari dari sekarang. Aku harus menyelesaikan BAB Satu yang isinya latar belakang, pertanyaan penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfat. Pekerjaan yang sulit bagi seorang mahasiswa yang belum pernah belajar metoda penelitian.
            Tapi, dengan modal internet aku mencoba untuk membuka banyak situs yang isinya makalah sama skripsi. Disana saya belajar, jaman sekarang nggak kayak jaman dulu dimana kita harus cari katalog dan menyusunnya dengan berurutan untuk dapat mencari referensi. Kalo sekarang gimana? Aku denger ada mesin canggih yang bisa nyari bahan hanya dengan cara mengetik satu atau beberapa kata. Kalo nggak salah namanya Googlee.
            Berjam-jam aku nongkrong diwarnet, berkeringat, mata kantuk dan aku tetap semangat memencet keyboard komputer warnetnya. Iya, akhirnya pemainku mati lagi. Memang sih main DOTA sedikit ribet, kadang-kadang kita bisa diincar oleh musuh sampai kita mati.
            Sekarang aku menutup permainanku dan kembali melihat BAB Satu yang aku buat. Eh.... ternyata baru ada tulisan “1.1. Latar Belakang” doang. Mampus deh sana, yang penting aku bisa main game sepuasnya.
            Sekarang aku serius mengerjakan tugasku, karena ini amanah yang luar biasa jadi aku nggak boleh main-main lagi.
            Tak terasa sudah beberapa minggu terlewati, akhirnya Deadline pendaftaran dan pengumpulan Karya Ilmiahpun telah tiba. Aku langsung berangkat ke kantor pos untuk mengirimkan karya kami yang telah ditanda tangani oleh Ketua Jurusan.
            Aku langsung mendatangi kak Silvi yang sedang duduk dikursi yang ada dibawah pohon dipinggir kampus. Aku langsung mengejutkan kak Silvi, “Daar!” bunyi teriakanku.
            Kak Silvi yang terkejut langsung memukulku dengan bukunya yang memiliki tebal lima centimeter (kayak judul buku). “Kenapa kamu nih dek! Mengejutkan aku saja.” Ucak Kak Silvi.
            Aku hanya merespon dengan tawa seolah-olah itu lucu.
            “Kak, punya kita udah aku kirim ke panitia.” Ucapku dengan lugasnya
            “Bagus dong.” Ucap Kak Silvi, “Kita tunggu aja hasil dari perlombaannya dengan sabar?” lanjut Kak Silvi.
            “Oke kak!” jawabku singkat sambil meninggalkan Kak Silvi.
            “Ku harap kita nggak dapet apa-apa. Aamiin!” ucap Kak Silvi.
            “Lho, kenapa kak?” tanyaku.
            “Yah, kakak mau fokus dek. Ngerjain skripsi, capek banget tau nggak ngerjain skripsi. Tapi, Skripsi itu terkadang memberikan kita dua pelajaran. Pertama pelajaran duniawi, kedua adalah pelajaran batin yaitu kesabaran.” Ucap Kak Silvi berceramah.
            Iyah, Skripi memang mengajari kita tentang dua ilmu. Pertama Ilmu Dunia, tentang apa yang kita teliti, bagaimana cara kita meneliti dan hasil yang kita teliti. Kedua adalah ilmu batin, tenang kejujuran kita dan kesabaran kita. Banyak orang yang tidak jujur sehingga malas mengerjakan, sampai-sampai membayar orang lain untuk membuat skripsinya, bahkan ada juga yang memalsukan data. Banyak juga orang yang tidak sabar hingga akhirnya dia putus asa.
Beberapa hari kemudian...
            Aku stand by didepan komputer perpustakaan kampusku untuk membuka internet. Disana aku duduk dengan harap-harap cemas, sedikit grogi. Mataku melihat satu-persatu nama dari beberapa nama orang yang lolos ke final lomba karya ilmiah di Surabaya.
            Aku langsung terhenti pada tiga nama yang ada didalam tabel itu, “Ternyata aku masuk.” Tak lama kemudian aku juga terkejut ketika membaca nama “WARDAHTUL JANNAH” yang ada dibawah namaku, aku lihat asal kampusnya “UNS”.
            Aku langsung tertegun dan mengeluarkan keringat dingin. Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba nama itu muncul? Tanyaku dalam hati dengan perasaan yang sangat dramatis.
            Aku segera mengirimkan SMS ke Kak Nova dan Kak Silvi. Tak lama kemudian aku langsung keluar perpustakaan, sungguh berbeda aura didalam dan luar perpustakaan. Mungkin karena perpustakaan memiliki AC yak, makanya agak dingin.
            “Kak Silvi, Kak Nova.” Aku melihat mereka berdua dengan sedikit tidak percaya. “Kita lolos final kak.” Ucapku dengan sok dramatis.
            “Ha? Kita menang? Alhamdulillah....” teriak Kak Nova sambil lompat-lompat dan nari tor-tor kayak orang batak.
            Kak Silvi terdiam sambil mengibas-ngibaskan kepalanya, sesekali mengusap wajahnya, “Mampus aku. Skripsi bentar lagi.” Ucap Kak Silvi dengan kecewa.
            Tiba-tiba saja aku teringat dengan wajahnya yang ada dianganku, wajahnya yang pernah aku kenal beberapa tahun yang lalu. Perempuan disudut ruangan, yang dulunya masih menjadi misteri tentang nama dan tujuanku mengenalmu.
            Tinggal tiga hari lagi menuju presentasi karya tulis ilmiah yang di lombakan di Surabaya. Aku, Kak Nova dan Kak Silvi lagi sibuk-sibuknya buatin presentasi dan proposal agar bisa berangkat ke Surabaya.
Satu.... dua... tiga.... hari telah berlalu
            Di Surabaya, Kotanya Bu Risma. Kota ini agak panas dari pada kota-kota yang pernah aku datangi di Pulau Jawa. Tapi, aku sedikit tertarik datang ke kota ini karena kota ini memiliki banyak daya tarik. Sepeti patung buaya dan ikan, atau Kebun Binatang Surabaya (KBS). Hanya saja ntah kenapa KBS kurang terurus dan koleksi hewan banyak yang mati, padahal kebun binatang ini menjadi kebun binatang terbesar dan terlengkap di ASEAN. Sayang banget kan? Gosipnya, dana makan buat koleksi kebun binatang ini dikorupsi sih. Aneh ya? Manusia makan makanan binatang.
            Aku yang melihat presentasi dari utusan Universitas ternama di Kota Depok itu planga plongo melihat kekiri dan kekanan. Seolah-olah radarku merasakan ada sesuatu yang aneh disini. Beberapa saat kemudian, giliran mereka presentasi sudah habis.
            Panitia memanggil nama universitas kami, akupun langsung maju sebagai utusan universitasku. Aku mempresentasikan bagaimana kondisi masyarakat yang terkena gizi buruk ditambah TBC dan Kusta. Waktu presentasi hanya diberikan 15 menit. Mataku yang melihat slide power point yang menempel didinding dengan nakalnya melihat ke semua sudut ruangan. Kak Nova dan Kak Silvi memberikan kode untuk fokus pada bahan presentasi, walaupun tidak aku hiraukan karena aku tak menyadari kodenya. Emangnya aku kantor intelejen, main kode-kodean. Jangan-jangan mereka menganggapku cabe-cabean lagi pake dikode.
            Tak terasa waktu-waktu telah berlalu. Jam istirahat telah tiba. Aku ingin keluar bergegas dari ruangan ini. Aku berlari menerobos kerumunan orang-orang yang mengantri keluar dari ruangan AC yang memiliki pintu sedikit sempit.
            Ntah apa yang ada dipikiran orang-orang yang melihatku. Mungkin mereka berfikir kenapa ada orang gila yang masuk keruangan presentasi ini.
            Aku berlari melintasi lorong hotel yang berukuran empat meter, berlari ditengah-tengah orang-orang yang mau keluar dari ruangan hotel itu. Aku langsung berdiri dibelakang punggung seseorang yang menggunakan jas biru dan menggunakan rok biru juga.
            “Wardah!” ucapku memanggil namanya dengan lembut.
            Ntah kenapa aku sangat percaya diri bahwa dia adalah Wardah, padahal sudah tiga tahun aku tak pernah melihat wajahnya sejak dia pindah ke Pulau Jawa. Bahkan aku sudah beberapa bulan tidak berhubungan dengannya walaupun dari Handphone, karena handphoneku terjatuh dan kemudian hilang disebuah sungai. Tapi, radarku menyebutkan bahwa itu adalah dia.
            Perempuan berjas biru itu langsung menoleh kearahku, dengan memasang wajah bingung dia menjawab, “Bukan!”
            “Hmmm... maaf, aku salah orang.” Ucapku yang begitu saja langsung meninggalkannya.
            Aku berjalan perlahan meninggalkannya, sambil menoleh kearahnya. Aku bingung, aku ragu-ragu akan keberadaannya. Walaupun dia mengatakan bahwa itu bukan dia, tetapi ntah kenapa naluriku berkata bahwa itu adalah dia.
            Apa mungkin naluriku mulai salah. Padahal aku selalu mengharapkan untuk bertemu dengannya. Diantara beribu bintang, memang hanya dia yang aku tuju untuk mendapatkan perhatiannya. Hanya dialah yang paling terang, hanya dia pula yang membuatku memilih dirinya, walaupun terkadang aku tak tau bahwa apakah dia mengetahui apakah aku menginginkannya. Dan akupun tak tau apakah dia juga menginginkan aku? Yang jelas, aku hanya bisa berusaha. Aku hanya bisa berusaha selalu ada dan selalu mengerti dirinya, tetapi hal itu sangatlah sulit. Sangat sulit untuk selalu ada didekatnya, sehubungan dengan jarak yang tak mau menghubungkan kami berdua. Memang sungguh miris!
            Tapi, bukankah kita tau kalo garam yang didapatkan dilaut dan sayur yang subur ditanam digunung juga bisa ketemu kok didalam kuali masakan. Yah, namanya juga jodoh.
            Didalam ruang presentasi yang telah dipersiapkan untuk memulai kegiatannya kembali, aku melihat perempuan yang tadi kupanggil tanpa sengaja, masuk kedalam dan maju untuk presentasi hasil dari penelitian Universitas mereka. Tapi, ah sudahlah jangan dipikirkan lagi karena tak ada yang perlu dihiraukan jika dia bukan Wardah. Walaupun pada akhirnya aku sedikit terpelongo ketika melihat presentasi dari mereka. Presentasi yang bagus dan memiliki hasil yang bagus pula.
            Tak terasa sang surya sudah mulai lengser dari tahtanya, kami langsung diarahkan ke Masjid untuk melakukan Shalat Ashar disebuah Mushala kecil yang ada didekat hotel. Ibadah memang penting, karena merupakan kebutuhan rohani kita serta penghubung kita dengan Dzat Maha Pencipta Yang Agung. Bukankah orang-orang yang tak mau berdo’a kepada Rabb-nya adalah orang yang sombong?
            Tak lama setelah selesai sholat, “Kenapa kamu begitu bodohnya membohongiku? Dan kenapa dengan bodohnya aku percaya?”
            Perempuan berjas biru itu hanya tersenyum sambil melihatku hanya dengan menolehkan kepalanya. “Maaf. Heheeehe...” kemudian dilanjutkannya dengan tawa.

            “Wardah dimana?” aku langsung melanjutkan pertanyaanku.

No comments:

Post a Comment