Friday, 12 May 2023

BICARA MASALAH JURUSAN KULIAH

 Tahun itu, ketika kelas 3 SMA.

            Tahun krusial dimana seorang anak muda menentukan nasibnya kedepan. Kedepan ingin jadi apa? Mungkin seperti itulah kira-kira.

            Saat itu, ada teman yang ingin jadi dokter, ada yang mendaftar SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) untuk masuk sekolah dokter gigi, ada juga yang masuk ke sekolah teknik sipil, sampai ada juga yang mendaftar untuk menjadi guru.

            “Gus, udah daftar belum SNMPTN?” tanya kawanku.

            “Belum, aku juga ga minat.” Ujarku membalasnya.

            Maklum, saat itu aku ingin masuk Akademi Militer (Akmil). Semua berkas sudah aku persiapkan, bahkan aku sudah melakukan pemeriksaan kesehatan biar bisa tau dimana kemungkinan celahnya aku bisa gagal.

            Akhirnya aku mendaftar ke Korem (Komando Resort Militer) dengan motor Supra X keluaran 2005 milik ayahku. Aku memberikan map hijau yang berisikan berkas kelengkapan pendaftaran Akmil tadi. Setelah mendaftar, aku diberikan nomor peserta yang harus dipakai ketika mengikuri seleksi di Korem nanti.

            Aku, sebagai seorang yang tidak terlalu memiliki prestasi akadmeik tidak terlalu tertarik untuk kuliah. Kenapa? Menurutku kuliah membuang-buang uang saja, karena akhirnya kita juga akan cari kerja. Makanya, daripada aku kuliah terus mencari kerja, lebih baik aku langsung cari kuliahan yang digaji kayak Akmil, Akpol, STKS, STPDN, dan sebagainya.

            Aku juga sangat alergi sama dokter, guru, dan profesi lainnya. Kenapa bisa alergi? Misalnya dokter, stigmaku dokter itu rejekinya dari orang sakit. Hal ini sama juga dengan guru yang kadang-kadang masuk dan kadang-kadang ga masuk. Kondisi begini yang buat aku jadi agak skeptis memandang profesi seperti dokter dan guru.

            Aku pada saat itu masih mati gila mau jadi tentara, tentara gitu lho. Kalo jadi tentara pakai seragam gagah, pakai baju keren, terus punya pangkat, bahkan beberapa yang beruntung bisa jadi Jendral dan dapat jabatan strategis.

            Seleksi Akmil pun dimulai, satu demi satu tahapan aku lalui.

            Selama satu bulan penuh aku menjalani seleksai, dari seleksi administrasi, kemudian diikuti seleksi kesehatan, kemudian jasmani, dan ujian psikologi. Aku merasa pasti menjadi salah satu dari mereka yang lulus dan menjadi Letnan.

            Kenapa aku percaya diri?

            Maklumlah, aku dari SD ikut Pramuka, kemudian Paskibraka, terus aku punya brevet (sertifikat) SCUBA DIVER yang mungkin peserta lain tidak punya. Aku ikut Pramuka sih bukan kaleng-kaleng, bahkan aku menjadi pengurus Dewan Kerja Daerah (DKD) dan sudah mencapai tingkat tertinggi, yaitu Pramuka Garuda.

            Tapi, yang namanya nasib dan realitas harus kita terima. Aku terjegal di Pantukhir dan dinyatakan sebagai salah satu peserta yang tidak lolos untuk diberangkatkan ke Magelang (Pusat Pendidikan).

            Tidak lulus Akmil membuatku bingung mau kemana, dikarenakan ujian masuk PTN sudah tutup semua. Aku baru menyesal karena merasa salah membuat strategi. Aku hanya terpaku dengan satu ujian saja tanpa ikut ujian lain seperti SNMPTN.




Suatu pagi aku mendapatkan SMS dari temanku (saat itu layanan WA belum ada atau mungkin belum masuk ke circle-ku mungkin), mengenai penerimaan mahasiswa baru di Poltekkes. Aku bersiap-siap ke Kampus Poltekkes Palembang untuk mendaftar dan akhirnya mengikuti ujian masuk ke Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Gizi.

Sebenarnya, tidak peduli apapun jurusanmu kuliah, mau kamu menjadi seorang guru yang mengajar anak muridmu dengan ikhlas, menjadi dokter yang mengobati seseorang dengan biaya yang miring, menjadi pengacara yang memberikan bantuan hukum cuma-cuma, pemadam kebakaran yang menyelamatkan banyak orang, dan masih banyak lagi pilihan. Ada hal penting yang jangan sampai kita lupakan, yaitu kebermanfaatan diri kamu dari ilmu yang kamu dapatkan selama sekolah atau kuliahmu.

Apakah kita bermanfaat untuk lingkungan serta untuk orang banyak. 

No comments:

Post a Comment