Tuesday, 23 May 2023

BICARA TENTANG TISU

 Hari ini, seorang teman membongkar tasku. Aku menyuruhnya mengambil sesuatu yang ada di dalam tasku. Aku bingung melihat wajahnya yang memandang aneh isi tasku, penasaran dengan hal itu akupun langusng menanyakan apa yang membuatnya seolah-olah melihat sesuatu yang aneh di dalam tasku.

            “Ada apa dek?” tanyaku kepada juniorku itu.

            “Nggak ada bang.” Jawabnya.

            “Bilang aja, ada apa dek?” tanyaku lagi

            “Kok ada sampah di tas abang ya?” jawabnya agak heran.

            Tasku memiliki banyak ziper, salah satu zipernya memang aku khususkan untuk menyimpan sampah kecil yang belum sempat dibuang hingga sampai akhirnya aku bisa menemukan tempat yang layak untuk membuangnya seperti kertas, tisu, bungkus permen, dan lain-lain.

            Tisu yang ada di tasku memang kecil, nggak sebanyak tisu yang digulung di rumah makan seperti biasanya. Walaupun aku membuangnya di jalan, mungkin tidak akan ada yang menyadarinya bahkan tidak akan ada orang yang memperdulikannya. Tapi, itu jangan dijadikan tabiat! Jangan sekali-kali dijadikan tabiat. Jangan pernah meremehkan selembar tisu kecil itu, memang kecil dan tak akan pernah berarti apa-apa jika dibuang di jalan (mungkin).

            Sesuatu yang kecil dan dianggap tak berarti terkadang dapat menjadi bencana. Satu orang yang membuang tisu di jalan memang tidak akan berarti banyak untuk keindahan dan kebersihan kota, tapi bagaimana jika sepuluh orang yang membuang selembar tisu itu? Atau, jika ada seratus orang yang membuang selembar tisu? Atau, jika ada seribu orang yang membuang selembar tisu? Akan menjadi berserakan bukan? Bagaimana pula jika ditambah pernak pernik bungkus permen dan sampah aneh-aneh lainnya bahkan ada yang membuang kotak rokok di jalan, apakah kota ini akan indah dipandang?

            Plis dehhh, jangan sekali-kali pernah pacaran sama orang yang buang sampah sembarangan. Sampah aja dibuang sembarangan, bagaimana dengan cintanya? Pasti bakal ditarok di sembarang hati juga (apaan sih -_-).

            Terkadang dunia memang tak adil, ada sebagian orang yang menjaga dunia untuk jauh dari sampah, tetapi ada juga beberapa devil devil yang suka buang sampah sembarangan.

Pernah di satu hari aku sedang mengendarai motor di terik siang, tiba-tiba mobil yang ada di depan langsung cus melempar tisu dari dalam mobil ke luar. Yang parahnya lagi adalah sampahnya pas kena wajahku. Sontak aku langsung mengambil sampah yang nyangkut di badanku dan menyusul mobil tadi. Saat sudah dekat mobil tersebut, aku langsung melemparkan sampahnya masuk sambil bilang “kalo mau buang sampah sembarangan sekalian otaknya dibuang juga ya! Jangan bodoh dong.”.

Mungkin hari itu akan jadi hari bersejarah baginya (ya mungkin) karena mungkin baru kali ini dia ditegur sama orang gara-gara buang sampah sembarangan.

Kepedulian orang Indonesia rata-rata mungkin di bawah garis kemiskinan. Indonesia miskin kepedulian, miskin dengan orang-orang yang peduli dengan lingkungannya sendiri. Kebanyakan orang kalo lihat orang buang sampah sembarangan pasti cuek dan nggak peduli, seolah-olah urusan loe urusan loe urusan gua urusan gua. Tapi tidakkah mereka mengerti, bahwa di negara yang liberal yang bebas sekalipun sangat peduli dengan hal tersebut dan bahkan akan menegur langsung orang berani membuang sampah sembarangan. Bahkan, di negara tetangga tidak segan-segan memberikan hukuman kurungan maupun denda berat bagi orang yang berani membuang sampah sembarangan.

Pernah tidak kita sadari kalau anak cucu pokoknya anak-anaklah pasti akan meniru tindakan bodoh itu. Mereka memiliki kebiasaan imitasi (meniru) perbuatan yang dilakukan oleh orang dewasa, misalnya dia lihat ayahnya merokok mungkin dia akan menjadi perokok juga kedepannya. Anak-anak yang melihat ayah ibunya suka buang sampah sembarangan bisa jadi ikut-ikutan buang sampah sembarangan, karena dia berfikir kalau itu yang dicontohkan dan dilakukan oleh orang tuanya. Apalagi kalo sampai orangtuanya diem-diem legowo nggak nasehatin, mau jadi apa dunia?

Bukankah negara sudah membayar orang buat membersihkan kota?

Iya betul sekali, negara memang sudah membayar ibu-ibu dan bapak-bapak yang baik hatinya untuk membersihkan kota. Tapi, bagaimana jengkelnya mereka coba ketika melihat sampah berserakan, berserakan seolah-olah orang yang hidup di kota itu tidak memiliki budaya yang baik atau bahkan tidak seperti manusia yang hidup dalam peradaban modern. Kalau kita pikirkan ketika dunia dibalikkan oleh Tuhan dan diposisikan menjadi seperti mereka, kira-kira bagaimana perasaan kita ketika melihat sampah yang berserakan?

Bantulah mereka dengan tidak membuang sampah sembarangan, mungkin itu akan membuat mereka senang sehingga menjadi tersenyum dan kita juga dapat pahala karena membantu serta menyenangkan hati mereka. Cobalah untuk membuang sampah pada tempat yang telah disediakan, aku rasa tempat yang disediakan untuk membuang sampah sudah banyak dan terjangkau. Nggak sampe masuk hutan-hutan dan mendaki gunung, nggak sampe harus melawan macan dan orangutan dulu baru bisa sampai ke tempat sampah. Intinya, tempat sampah itu terjangkau dan banyak sehingga mohon kiranya membuang sampah pada tempatnya. Kalo lokasinya agak jauh, ya itung-itung olahraga dan ngurangin kalori dikit dengan berjalan kaki.

Intinya, selembar tisu maupun sampah lainnya ketika dibuang oleh satu orang memang tidak akan menjadi masalah serius untuk estetika kota, tetapi akan menjadi masalah serius mengenai tabiat. Kalau sampai seribu orang yang hobi buang sampah sembarangan itu akan menjadi budaya yang buruk dan turun temurun, sehingga tunggulah azhab dari Tuhan ntah itu banjir bahkan wabah penyakit.

Lets be smart, mari jaga kebersihan dari diri sendiri, dari hal yang terkecil, dari sekarang dan jadikan itu budaya yang baik untuk kita semua.

No comments:

Post a Comment