Monday, 15 May 2023

BICARA TENTANG KULIAH SAMBIL KERJA 1




 

Seperti biasa aku pergi kekampus dengan kemeja lusuh serta sepasang sepatu lama yang aku dapatkan ketika aku masih SMA. Berjalan menyusuri keramaian kota. Aku melihat daun-daun mulai berjatuhan dari cabangnya. Begitulah laki-laki, ada kala dia harus pergi jauh dari rumahnya untuk mendapatkan kehidupan yang layak.

Aku langsung berjalan dari pagi buta agar aku dapat datang tepat waktu untuk dapat menghadiri praktik di dapur gizi. Aku datang dengan berjalan kaki, sedangkan anak-anak populer sok kaya menggunakan mobil milik orangtuanya. Aku hanya acuh tak acuh saja, aku tidak iri. Tapi aku bangga, aku memakai barang-barang milikku sendiri. Aku lebih terhormat menggunakan barang-barang jelek milikku sendiri dibandingkan memakai barang-barang mewah milik orangtuaku.

Sebuah perjuangan hidup untuk menempuh sebuah pendidikan yang layak. Aku adalah anak laki-laki yang terlahir dalam keluarga sederhana dan religius. Aku selalu bingung apabila melihat banyak orang yang merantau, hingga aku bertanya “Ayah, apakah setiap laki-laki harus berjuang sendiri untuk menempuh hidup yang lebih enak?” aku teringat akan pertanyaanku sekitar duabelas tahun yang lalu.

Ayahku langsung melihat kearah atas sambil memegang dagunya, “Kalau kamu mau jadi laki-laki itu harus.” Jawab ayahku dengan singkat sambil tersenyum dan memegang kepalaku.

Aku bukannya mengerti, malah tambah bingung dibuat ayahku. “Apa yang ayah maksud dengan harus.” Aku berfikir sebentar, “Harus melakukan apa ayah?” sambil meloncat-loncat untuk mengapai pundaknya.

Ayahku langsung merendahkan badannya agar aku bisa meraih pundaknya, “Aku tak akan beritahu, kalo aku beritahu kan jadi gak seru lagi petualanganmu nanti.” Ayah langsung mengangkat badanku sambil berkata, “Kalau kau lepas seperti burung yang ada dipohon itu, kau akan mengerti.” Sambil memencet hidungku.

Aku selalu bertanya tentang kehidupannya dahulu ketika kuliah. Aku hanya bisa bertanya tanpa diberitahu maksud dari apa yang dia katakan. Dia selalu berkata, “Nanti kau akan tau sendiri ketika sudah kami lepaskan.”

Aku langsung pergi dengan membawa map merah didalam tasku ke sebuah perusahaan asuransi ternama di Dunia, ya Prudential. Aku langsung masuk kedalam ruangan besar berAC itu. Aku langsung diwawancarai oleh petinggi perusahaan tersebut, mungkin inilah pengalaman kerjaku yang pertama yaitu melamar pekerjaan menjadi agen asuransi.

Setelah wawancara aku langsung mendapatkan beberapa ujian tulis sampai tiga kali, hingga sampailah aku resmi menjadi agen asuransi. Lika liku mencari uang sendiri tanpa bantuan orang tua memanglah berat, tapi itu adalah pengalaman paling berharga yang tak akan terlupakan.

Aku datang kerumah-rumah untuk menyodorkan penawaran asuransi kepada mereka yang belum aku kenal. Tiga bulan aku sudah menjadi agen asuransi, tapi yang aku terima hanyalah penolakan dari pintu kepintu, karena mendapatkan banyak penolakan aku sudah mulai putus asa dan memohon permintaan berhenti kepada atasanku. “Pak aku mau berhenti dari pekerjaan ini, aku ditolak terus pak.”

Pak Tanto langsung membawa album dan memberikannya kepadaku, “Gus, bapak dulu kerja di sebuah bank, gaji bapak hanya dua juta perbulan. Terus bapak di PHK dari pekerjaan bapak.” Matanya sudah mulai berkaca-kaca, “Bapak telah banyak melewati hari-hari yang berat, hingga sekarang gaji bapak udah ratusan juta. Itu semua dengan usaha dan doa yang sungguh-sungguh.”

Setelah mendengar cerita dari Pak Tanto, aku langsung mendapatkan sebuah pelajaran. Saat engkau sudah merasa gagal dan putus asa, saat itulah engkau dekat dengan kesuksesan. Setelah itu aku langsung kembali bekerja seperti biasa, dan hasilnya luar biasa. Aku langsung mendapatkan seorang nasabah dalam waktu beberapa hari ini, aku belum merasa puas. Aku selalu berfikir untuk tidak lagi bergantung pada oranngtua dan aku berfikir bagaimana aku dapat membiayai semua biaya hidupku selama dipalembang. Hingga akhirnya, aku  terus bekerja hingga nasabahku sudah tujuh orang. Sekarang aku sudah bisa berbelanja dengan uang pribadiku, saat itulah aku merasakan kebanggan terbesar yang ada selama hidupku.

Pekerjaan kedua yang pernah aku geluti adalah supir taksi dan tukang ojek dadakan, sebuah pekerjaan yang mungkin malu dilakukan oleh mahasiswa yang berasal dari kalangan keluarga berkecukupan. Tapi tidak untuk aku! Aku tak malu-malunya narik ojek didepan teman-temanku, aku juga sering narik ojek di pasar sukarame demi mendapatkan uang jajan dan uang bensin.

Sekarang aku sudah mengerti maksud semua perkataan ayahku. Aku membaca dari semua yang aku alami dan aku pelajari semua yang aku lakukan selama hidupku. Berikut ini adalah hasil dari pelajaran yang aku dapatkan dijalanan:

Aku memang mengakui bahwa aku bukanlah orang yang sangat pintar, tapi aku berusaha sukses dengan segala kobodohan yang aku miliki. Aku memang laki-laki yang belum dewasa, tapi aku tak mau menjilat orang dewasa demi ambisi dan tujuanku. Aku memang tak bisa membaca isi hati orang lain, tapi aku akan selalu mencoba untuk mengerti. Aku pernah hampir mati karena ngak punya uang makan dalam waktu satu minggu, aku berusaha mendapatkan uang dengan tanganku dan aku tak mau merepotkan orangtuaku, karena aku laki-laki. Aku berani mati demi prinsipku, mempertahankan prinsipku, melindungi orang-orang yang aku sayangi. Aku berani merantau keujung sumatera tanpa satu org temanpun, tanpa membawa nama orang tua, hanya membawa nama AGUSTIAWAN. Karena aku laki-laki. Aku rela hidup susah, tanpa fasilitas mewah, sepatu sobek, baju yang udah usia 3 tahun, tapi aku bangga, karena itu dari jerih payahku sendiri. Aku tak malu bekerja sebagai jurnalis, menjadi marketing, sales, dihina orang, dicaci orang, asalkan halal. Dulu Aku kuliah di dua tempat Gizi dan kuliah Peradaban Islam, tak masalah bagiku, karena itu Gratis, dan kewajiban manusia untuk mencari ilmu yang banyak. Aku sayang orangtuaku, tak rela melihat mereka berdua menanggis karenaku, tak mau menyusahkan mereka, dan aku yang akan menjadi orang yg akan memberikan mereka kebahagiaan, KARENA AKU LAKI-LAKI.

Jadilah dirimu sendiri, berusahalah bersungguh-sungguh mencari makan dengan tanganmu. Syaangi orangtuamu melebihi kau menyayangi dirimu sendiri. Laki-laki adalah tulang punggung keluarga, harapan bangsa, pemimpin bagi kaum hawa. Jangan utamakan kekayaan semata, tapi juga mepedulian kepada rakyat jelata.” Itulah jawaban pertanyaanku beberapa tahun yang lalu, yang jawabannya aku dapatkan dijalanan.

Aku duduk-duduk santai dengan ayahku sambil melihat bulan, “Ayah, dirimu ingin aku lebih hebat dari dirimu bukan? Apakah hanya itu yang kau mau?” sambil memandang wajah tua yang dulunya kencang tapi sekarang telah dipenuhi oleh keriput, dan memijit bahu ayahku.

Ayahku memegang tanganku yang ada dibahunya, “Pertanyaanmu sekarang saat kuliah sama saja dengan pertanyaanmu waktu masih kelas dua SD.” Sambil tertawa dan meletakkan puntung rokoknya di asbak. “Walaupun kau sudah besar kau tetaplah Agus kecil ayah, Agus kecil yang dulu berlari-lari melewati padang rumput hingga terjatuh. Walaupun terjatuh, kau tak pernah mengeluh kesakitan. Pegang kepalamu Gus!” perintah ayahku dengan agak memaksa.

Aku langsung memegang kepalaku, aku raba-raba ternyata ada bekas luka bocor dikepalaku, “Ini ada bekas luka bocor yah, emangnya kenapa?” aku bertanya.

Ayahku langsung tertawa, “Kau sudah lupa ya? Dulu kau pernah jatuh dan kepalamu pecah. Waktu kami mau menolongmu, kau selalu bilang kalo nggak butuh bantuan, aku bisa berangkat sendiri dan lain-lainlah. Apakah jiwa kanak-kanakmu belum hilang nak?” tanya ayahku dengan seriusnya.

Aku menjawab dengan percaya diri, “Sudah donk, kenapa? Ayah benci dengan sikap kanak-kanakku?” jawabku serius.

Ayahku langsung kembali berkata, “Aku menyukai sifat kanak-kanakmu yang dulu, kau anakku yang pantang menyerah dan egois dengan pendapatmu. Aku menyukainya, suka dengan sifat pantang menyerahmu.” Ucapnya dibawah rembulan.

Aku menjadi bingung dengan ucapan sengklak ayahku,“Tunggu eh tunggu dulu, ayah bukankah semua orangtua menginginkan anak-anaknya menjadi dewasa?”.

Ayahku langsung membenarkan posisi duduknya, “Gus, Gus. Semua ayah atau kebanyakan ayah ni? Kalau ayah nggak ah.” Beliau langsung tersenyum nyengir, “Tau nggak? Nggak semua sifat kanak-kanak itu buruk Gus.”

Tiba-tiba adik laki-lakiku yang masih TK langsung keluar menuju kearah kami, “Yah, mau ini nggak? Tadi adek bagi-bagi makanan sama kawan-kawan. Besok bawa banyak lagi ya Ayah. Adek mau bagi-bagi lagi.” Dengan polosnya adik kecilku berkata seperti itu.

Aku langsung sedikit mengeluarkan air mata dan menghilangkannya dengan baju yang aku pakai, “Ternyata yang ayah katakan benar ya, semua sifat anak yang masih kanak-kanak itu nggak semuanya buruk.” Sifat adikku telah menyadarkanku.

Seorang kakak laki-laki akan menjadi pengganti ayahnya ketika ayahnya nanti tidak berkerja lagi, menghidupi kehidupan adik-adiknya. Memberikan harapan dan cita-cita adiknya. “Kakak-kakak, ajarin adek pakai laptop kakak.” Kata adik kecilku.

Aku langsung tertawa, “Nanti ya, kakak lagi sibuk. Kakak banyak tugas dek.” Jawabku dengan remehnya, karena aku anggap dia masih terlalu kecil.

Ibuku langsung angkat bicara, “Gus, ajarin adikmu. Biar dia senang, kamu kan kakak laki-lakinya.” Sambil mencuci piring diwashtafel yang ada didapur.

Sekarang aku menyadari kalau aku belum menjadi kakak laki-laki yang baik untuk adik-adikku. Jika aku diberi kesempatan untuk bertemu dengan mereka lagi, aku akan membuat mereka bahagia walaupun hanya beberapa hari.

Aku memang telah melakukan banyak hal yang bermanfaat bagi masyarakat, tapi aku belum dapat melakukannya kepada adik-adikku. Ingatlah, jaga sifat kanak-kanakmu yaitu: PANTANG MENYERAH dan BERBAGI.

 

No comments:

Post a Comment