Malem ini gelap banget, kami lagi persiapan buat kegiatan Geriatri Ceria yang memang rutin kita buat tiap tahun. Selain kegiatan tahunan, kita juga rutin ke panti jompo buat ketemu oma dan opa kita setiap tiga bulan sekali. Jadi nama kegiatannya Ceria Geriatri, cukup aneh bukan? Oh iya, kenapa harus ceria? Kenapa harus buat geriatri ceria? Jawabannya ada dibawah ini.
Cerita kali ini bercerita tengan kisah kami yang selalu merayakan hari geriatri yang jatuh pada tanggal 29 Mei. Udah pada tau nggak semua?
Geriatri yang biasa disebut dengan lansia (kalo bahasa gaulnya) adalah sebutan untuk orang-orang yang telah menginjak usia emas. Nah, bukankah kita semua akan mengalami hal yang sama? Kita semua akan menginjak usia emas lho? Kecuali yang udah keburu meninggal.
Jadi, perjalanan kami di panti jompo memang menyenangkan. Kita mengaji bersama mereka, kita berdo’a agar beliau-beliau sehat sentausa disana, bermain dengan orang tua, kita memeriksa kondisi kesehatan mereka, lalu kita makan bareng. Bukankah itu sangat menyenangkan?
Kita berbagi keceriaan kepada mereka. Apakah anda tau dengan tigabelas sindrom orangtua? Ada yang namanya inkontinensia, jadi inkontinensia adalah penyakit dimana orangtua nggak bisa mengontrol pipisnya. Ada juga yang disebut dengan Demensia, dimana orang tua mengalami penurunan fungsi otak. Tapi diantara semua penyakit yang mengenai orangtua, hal yang paling memilukan adalah “Dikucilkan” oleh anak-anaknya dari keluarganya.
Tunggu dulu sebentar, dikucilkan?
Coba ente-ente semua survey nenek-kakek di panti jompo. Kira-kira ada nggak yang minta ke anaknya buat dititipin ke panti jompo?
Contohnya gini, neneknya bilang “Nak, masukin ibu ke panti jompo dong. Siapa tau ibu bisa party-party sama kawan-kawan seumuran ibu.” Bayangkan aje, kira-kira ada nggak yang kayak gitu? Kalo ada yang kayak gitu, sebaiknya nama panti jompo kita ganti jadi party jompo.
Rata-rata, orangtua yang di”letakkan” di panti jompo adalah orang tua yang kesepian. Karena mereka ditelantarkan begitu saja oleh keluarganya. Banyak alasan anak menaruh orangtua yang telah mengurusi mereka dari dalam kandungan sampe besar dan kerja-eh tiba-tiba masukin ibunya kepanti jompo.
Terlalu banyak alasan, dan tidak ada alasan yang legal menurut saya untuk meletakkan orangtua kita di panti jompo. Kecuali apabila memang keluarganya sudah tiada semua. Tapi, saya rasa kurang logis deh.
Jadi, saya ada bertemu dengan oma yang ditinggal oleh anaknya karena anaknya nggak tahan lagi ngurusin oma. Oma kena penyakit stroke, tau stroke? Bukan yang buat belanjaan ya. Tapi penyakit kelumpuhan yang menderita seseorang karena pecahnya pembuluh darah otak. Jadi, oma nggak bisa BAB dan BAK sendiri sehingga Oma membutuhkan bantuan anak-anaknya untuk bukain celana oma, lalu liatin oma BAB dan BAK, dan cebokin (maaf) oma habis buang air. Memang sih, terlalu extreem. ..
Tapi bukankah dulunya orangtua kita juga melakukan hal yang sama dengan kita? Orangtua kita membuka celana kita, menggendong kita ke WC, membersihkan kotoran kita dan bahkan menceboki kita waktu kita masih bayi. Betul nggak?
Jadi ada sedikit kisah di Jepang yang memiliki kebiasaan membuang orang-orang yang diangga tak berguna lagi seperti orangtua. Jadi ada cucu, ayah dan kakek. Sang cucu sangat dekat dengan sang kakek sampai-sampai mengalahi dekatnya dengan ayahnya.
Tapi suatu hari sang ayah memasukkan sang kakek kedalam keranjang untuk dibuang di hutan. Sang anak sontak bertanya, “Ayah, kakek mau dibawa kemana?”
Sang ayah menjawab dengan santainya, “Mau kita buang ke hutan.”
Anaknya menanggis sambil berkata, “Baiklah ayah, nanti kalo pulang bawa balik kerangnya kesini ya. Jangan dibuang sama kakek.”
Sang ayah yang bingung balik bertanya, “Buat apa kamu?”
“Buat buang ayah kalo udah tua nanti.” Jawab sang anak polos dan lugunya.
Jadi, inti dari cerita diatas bukankah kita nanti akan punya keturunan juga? Bukankah kita ingin diperlakukan dengan baik oleh keturunan kita nanti? Siapa sih yang senang diperlakukan tidak menyenangkan? Nggak ada yang mau juga.
Maka dari itu, marilah kita perlakukan orang lain dengan cara sebagaimana kita ingin diperlakukan oleh orang lain. Tapi kenapa banyak orang yang tidak memperlakukan orangtua nya dengan baik setelah dewasa? Bahkan setelah punya anak dan istri?
Kita juga pernah ketemu dengan Opa yang mantan Brimob. Hartanya banyak buangetttt. Beliau berhasil menyekolahkan anak-anaknya hingga menjadi orang sukses dan bekerja dalam posisi yang sangat bonafit seperti jadi dosen, insinyur dan bahkan ada yang jadi kepala dinas.
Trus, kalo uang Opa banyak kira-kira uangnya sekarang kemana?
Dalam penelusuran kami ke Opa. Anak-anak Opa berebut harta Opa, hingga akhirnya Opa yang jadi strees dan mengalami hipertensi. Hartanya Opa habis diambil oleh semua anak-anaknya, tetapi apa balasan dari anaknya? Opa dimasukin ke panti jompo, katanya biar nggak banyak bicara lho! Katanya gara-gara Opa banyak tanya. Whattt? Hanya gara-gara banyak tanya? Bukannya kita harus maklum namanya juga orangtua, pasti fungsi otaknya sudah mulai menurun. Jadi wajar-wajar banget kalo Opa banyak tanya sama anak-anaknya.
Nyadar nggak kita waktu masih balita juga banyak tanya?
Jadi ada cerita tentang ayah, anak dan burung gagak. Jadi disuatu tempat ada anak yang berusia duapuluh lima tahun duduk bersama ayahnya yang berusia enampuluh tahun. Disaat mereka duduk didepan rumah, ayahnya melihat burung yang hinggap dipohon mangga depan rumah.
Sang ayah bertanya, “Nak, apakah itu?”
“Itu gagak ayah.” Jawab anaknya dengan nada datar.
Tak lama kemudian sang ayah bertanya kembali, “Itu apa nak?”
Kemudian dengan nada yang mulai jengkel sang anak menjawab, “Itu gagak ayah, coba lihat ayah! Itu gagak.” Jawab anaknya.
Hingga akhirnya ayahnya mengulang pertanyaan itu lagi, lagi dan lagi. Hingga akhirnya ayahnya mengulang pertanyaan itu untuk yang kelima kalinya, “Nak, itu apa?”
Anaknya langsung membentak ayahnya, “Ayah! Bisakah ayah diam sejenak. Itu gagak, sudah lima kali saya jawab itu gagak ayah.”
Sontak, tersakitilah hati sang ayah. Sang ayah menanggis sambil masuk kerumah.
Sang anak yang bingung langsung jadi salah tingkah. Tambah heran lagi ketika melihat ayahnya keluar membawa album usang yang berisi foto-fotonya saat balita. Kemudian sang ayah sambil menanggis bilang, “Dulu usiamu lima tahun, kau bertanya kepadaku ‘ayah itu apa?’, aku hanya bisa menjawab ‘itu gagak anakku’.” Ucap sang ayah dengan diperhatikan oleh sang anak.
Ayah melanjutkan ceritanya sambil menanggis, “Kau bertanya hal yang sama sebanyak duapuluh kali. Aku tetap menjawab dengan lemah lembut, tapi kenapa saat aku bertanya hanya lima kali kau sudah marah-marah anakku?” tanya sang ayah.
Memang sangat miris ketika melihat nasib orangtua di hari orangtua. Ditempat dan didunia yang dulunya mereka membesarkan anak-anak mereka, yang ternyata anaknya-lah yang membuang mereka. Sungguh menyedihkan. Apalagi sanitasi dan kondisi makanan yang kurang baik di panti jompo. Orangtua rentan terkena pneumonia, bahkan terkena penyakit menular lainnya dan juga resiko gizi kurang.
Jadi kita musti ngapain?
Marilah kita sadarkan orang-orang disekitar kita tentang arti orangtua dalam hidup kita, marilah kita sadarkan bahwa merawat orangtua yang dulunya juga merawat kita adalah amal baik yang sangat besar walaupun tak dapat sebanding dengan budi baik orangtua kita.
Perjuangan ibu yang melahirkan kita dengan bertaruh nyawanya, melawan maut dengan harapan yang satu! Anakku lahir dengan selamat.
Ayahku yang panas-panasan mencari nafkah, untuk memberikan kehidupan yang layak untuk kita. Marilah kita sayangi orangtua kita kini, nanti dan kelak hingga akhirnya mereka berkata “Kami menunggumu di Surga-Nya anak-anakku.” Aamiin YRA
Panti jompo memang sedikit mengenaskan, tidak seperti party jomblo.
No comments:
Post a Comment