Thursday, 25 May 2023

BICARA TENTANG KULIAH SAMBIL KERJA 2

           Cerita tentang anak kos yang mencari makan dan uang untuk mencukupi kebutuhan jajannya, dari beli makan sampe beli kolor.

Sesuai dengan penjelasan aku diatas, cerita ini terjadi waktu aku masih kuliah dan aktif jadi seorang agen asuransi swasta. Boleh kita mulai ceritanya sekarang?

            Jadi anak laki-laki dari seorang ayah yang bekerja sebagai PNS memang membuatku memiliki kehidupan yang rumit, pada awal bulan kepala senang, tanggal satu sampai tanggal lima makan di Solaria. Pertengahan bulan makan indomie dan akhir bulan makan promag agar gak kena sakit lambung gara-gara makan satu hari sekali.

            Terkadang kepala ikutan sakit pas akhir bulan karena stok uang jajan dan indomie sudah mulai menipis. Jadi, kehabisan uang diakhir bulan bulan bisa menyebabkan penyakit sistemik pada jantung (berdebar-bedar), saraf (stress), ginjal (banyak pipis, gara-gara banyak minum demi menahan lapar) dan masih banyak yang lain.

            Jadi, sebagai mahasiswa kita memang wajib memiliki siasat untuk menangani itu semua. Berbagai cara dilakukan oleh mahasiswa seperti kerja part-time menjadi penjaga warnet, penjaga warteg, jadi sekuriti, pengaja kandang kucing, sampai mangkal sama bencing bencing di pinggir halte.

Ada juga teman aku yang kerja menjadi pengamen jalanan, jadi agen ‘Dasyat’, dan jadi agen seribu sunlight. Bahkan ada yang jadi kolor ijo dan nggak segan-segan ngepet dijalan, yang jelas para pembaca wajib tahu kalo aku nggak pernah jaga lilin ya.

            Siang ini adalah liburan akhir pekan yang menyenangkan, jauh dari tugas dan jauh dari tuntutan dosen yang bermacam-macam jenisnya. Liburan seperti ini memang sangat menyenangkan jika dinikmati dengan penuh kedamaian. Biasa, hidup ini memang kejam bung, jadi kau harus terbiasa dengan hidupmu.

Tak lama baru saat aku menikmati akhir pekanku, suara ketokan pada pintu yang menganggu langsung memecah konsentrasiku. “Tok tok tok.” Suara orang yang mengetuk dibalik pintu rumah kontrakan yang seakan-akan memecah keheningan liburku yang santai.

            Aku masih duduk setengah berbaring dikursi sofa yang ada diruang tengah sambil menonton TV, yah walaupun sekarang tonton di TV nggak ada lagi yang menyenangkan menurutku, minimal hiburan terbaruku adalah pencet-pencet remot.

Terkadang kita memang tidak menyukai bermacam-macam film. Tapi menurut survey yang dibuat oleh Cak Lontong menyetakan bahwa rata-rata cowok akan menonton film sampai habis walaupun menurutnya tidak menyenangkan, bahkan kesal karena endingnya nggak sesuai dengan harapan sang cowok.

            Oke, sekarang kita kembali kebalik pintu bagian luar. Tak mendapatkan respon dariku, sikawan yang ada dibalik pintu kembali mengetok pintu rumahku dengan misteriusnya, hanya suara ketokan lho, “Tok tok tok.”, nggak ada suara lain, bahkan ucapan salampun nggak ada terdengar.

            “Iya, tunggu tunggu sebentar.” Teriakku dari ruang tengah sambil menggerutu, “Ihhhh…. Sok misterius kali orang ini.” Ucapku dalam hati.

            Aku langsung membuka pintu sambil bengong mengangga. Entah makhluk apa yang ada didepan wajahku, yang jelas dia bukan homo.

            Satu… dua… tiga… Taraaa

            “DASHYAT…!!!!” teriak orang yang dari tadi asik mengetuk pintu rumahku, setelah aku membuka pintu rumah dan menatap wajahnya dengan penuh cinta..

Aku yang sangat kaget melihat makhluk aneh yang tiba-tiba berkata ‘Dasyrat’ itupun langsung bertanya, “Anda siapa?” tanyaku dengan raut wajah trauma.

Sikawan ini budeg atau tolol ya? Boro-boro menjawab pertanyaanku. Tak menjawab pertanyaanku, malah kembali bilang “Dashyat” dengan semangatnya.

“Doorrrr….” Bunyi aku menutup pintu dengan kerasnya.

“Ini orang, kok nggak bilang salam atau permisi malah bilang Dashyat.” Gumamku dalam hati sambil kembali duduk di sofa.

Tak lama setelah aku meninggalkan pintu, “Tok… tok… tok…” aduh suara ketukan itu lagi, gumamku dalam hati sambil berjalan kembali untuk membuka pintu.

“Buka nggak ya?” begitu tanyaku di dalam hati.

Aku langsung membuka pintu, dikarenakan aku takut kalo yang mengetuk itu adalah teman dekatku.

“Dashyat!” seru sikawan yang ada dibalik pintu sambil berteriak kembali, setelah itu dia langsung menjajakan produknya sambil mengajakku jadi agen sebuah MLM. Memang sih, MLM sedikit menjanjikan kekayaan, tapi ingat ya Cuma “JANJI”. Hahahaa.

“Oke oke mas, saya hubungi lagi kalo saya berminat.” Ucapku sambil setengah mengusir dan menutup pintu rumahku tak lama kemudian setelah dia pergi.

Setelah aku ditawari untuk bergabung dengan MLM sikawan tadi, aku langsung mencari info MLM yang lebih menjanjikan dari pada yang ditawarkan oleh sikawan tadi. Yang jelas, pekerjaan yang tidak perlu modal uang tapi menghasilkan. Hingga akhirnya aku berjalan menuju Jalan Kapt. Rivai Palembang dan menemukan kantor Prudential Palembang.

Dengan percaya dirinya, aku menemui Senior Unit Manager untuk diwawancarai sebagai Agen Asuransi. “Agen Asuransi” lho? Aapaan itu?

Jadi aku diberikan tumpukan buku dan CD (bukan Celana Dalam, tapi CD yang asli) yang harus aku pelajari untuk mengikuti banyak ujian sebelum jadi agen asuransi Prudential. Memang sih menjadi agen asuransi sangatlah ribet dan membutuhkan sertifikasi agen.

Pengalaman menjadi agen memang rupa-rupa rasanya, galau, sakit, terhina, dikejar anjing sampai diteriakin maling oleh maling pula, tapi gajinya menjanjikan bro, lumayan buat jajan satu bulan.

Pengalaman pertamaku saat melakukan prospek kepada calon nasabahku sangatlah mulus, kenapa? Karena nasabah pertamaku adalah ayahku. Kemudian aku prospek lagi nasabah keduaku, dan tetap berjalan dengan mulus, karena nasabah keduaku adalah abang ayahku. Jadi, jalan pertamaku menjadi agen asuransi sangatlah mulus.

Oke, pengalaman pahit jadi agen asuransi saat aku lagi mencoba untuk prospek calon nasabahku. Semuanya berjalan lancar, ketika itu aku sudah masuk kedalam pekarangan rumah sang calon nasabah. Saat itu aku membuka pintu gerbang dengan sangat mudah dan aman, kemudian aku masuk dengan meninggalkan sepeda motor didepan gerbang rumah sang calon nasabah.

Beberapa langkah setelah perjalananku kerumah sang calon nasabah, aku mendengar suara Herder terdengar dari arah utara dan lari mengejar diriku. Aku langsung terkejut dan membuat aku sontak berlari meninggalkan motorku yang ada didepan gerbang rumah calon nasabah.

Aku juga pernah kok diteriaki maling sampai-sampai dilempar sama batu, tapi itu semua adalah perjuangan kita untuk mempertahankan hidup, untuk mencoba mandiri dan bebas finansial dari tanggungan orangtua kita.

Walaupun bagi banyak orang apa yang aku lakukan tadi sedikit konyol, tapi bagi kita yang mencoba lepas dari orang tua adalah sebuah kebanggan.

            Mungkin banyak alasan kenapa aku rela menjadi seorang agen asuransi swasta. Mungkin alasan pertamaku adalah gaji yang dihasilkan (bukan dijanjikan) sangatlah besar, tapi kita tidak perlu mengeluarkan modal uang sepeserpun, kalo modal otak dan waktu banyak. Karena terlalu banyak teori yang harus kit abaca saat mau test menjadi agen.

            Kedua, mungkin dikarenakan aku sangat suka mengikuti meeting yang dilaksanakan oleh perusahaan setiap minggu. Meeting yang mereka lakukan selalu dihotel berbintang empat ataupun lima dengan makanan yang sangat enak dan banyak a.k.a. Prasmanan. Terkadang aku membawa tempat nasi/makanan maupun bungkusan untuk membawa pulang makanan sisa yang banyaknya tak terkira kerumah, untuk dibagikan keteman satu kontrakanku.

            Ketiga, aku bisa mendapatkan baju baru setiap meeting. Aku punya banyak baju batik dan kemeja bagus yang diberikan secara cuma-cuma dan biasa digunakan untuk meeting. Dibeberapa waktu, bahkan aku bisa berfoto dengan tokoh-tokoh terkenal. Contoh: Mary Riana, Ridwan Mukrie, Ary Ginanjar, Mario Teguh, Andre Wongso dan Lee Chandra (kalo nggak salah namanya itu).

            Bahkan suatu hari aku pernah membawakan sisa makanan yang banyak kerumahku, berupa sup asparagus (hemat Rp. 100.000), ayam bakar enam potong (hemat Rp. 90.000), capcay (hemat Rp. 20.000), bakso goreng (hemat Rp. 20.000), salad buah dan sayur (hemat selama satu hari) dan lain-lain.

            Wicak, temen serumah dan setanah airku dating kekamarku dengan wajah lugunya untuk minta makanan yang aku bungkus tadi.

Sabtu Malam Yang Cerah dan indah

Sabtu  malam pun tiba, meeting bulanan dilancarkan. Aku sudah siap-siap menggunakan Jas untuk mengikuti meeting di Hotal Aryaduta Palembang. Tak lama setelah berpakaian yang rapi, aku langsung keluar kamar dan menuju parkiran.

Tiba-tiba Wicak mendatangiku dengan menggunakan kemeja dan celana goyang. Hal itu membuatku bertanya-tanya. Setan apa yang merasuki Wicak? Atau kepalanya terbentur batu di pekarangan rumah.

Tumben sekali Wicak rapi malam ini, apakah dia mau ngedate sama pacarnya? Oh tidak mungkin, karena dia homo dan tidak punya pacar perempuan. Seingat aku dia masih pacaran dengan Jono.

Dengan wajah tak berdosa dia mendatangiku sambil berkata, “Gus, bolehkah aku ikut makan malam ini?” begitu tanyanya lugu kepadaku.

Aku menatapnya dengan bingung, kami saling tatap beberapa menit sampai aku tersadar dan berkata, “Makan?” aku terpelongo melihatnya.

Wicak langsung menegakkan badannya sambil berkata, “Oh iya, Meeting maksudnya. Ehem… ehem..” bergaya sok bijak meniru gaya orang barat.

Hal spontan itu membuatku menjadi bingung untuk menjawabnya, “Oke.. oke… kamu boleh ikut aku, asalkan jangan bikin malu aku.” Ucapku sewot.

Ballroom Hotel Aryaduta lantai 4. Aku dan Wicak berjalan berdua menaiki lift, Wicak hari ini bertindak sebagai asistenku. Keadaan ini aku salahgunakan dan manfaatkan untuk beberapa hal, seperti menyuruhnya membuang tisu bekas ingusku, mengambil pulpen yang sengaja aku jatuhkan dilantai dan masih banyak lagi.

Sampai akhirnya saat jamuan makan malam sebelum pembukaan meeting, kami makan di pojok kanan Ballroom. Saat makanan kami sudah habis, kami ambil lagi dan pindah ke posisi duduk yang lain.

Tiba-tiba, seseorang mendatangi kami seraya bertanya kepadaku, “Siapa ini Gus?” Tanya atasanku Pak Sutanto.

Aku langsung mengangkat kepalaku seraya berdiri dan menyalami beliau, “Ini teman pak, asisten pribadi.” Jawabku dengan senyum yang ramah.

Pak Tanto langsung memegang bahuku sambil mengajakku langsung keruang pertemuan, “Ayok masuk, meeting akan segera dimulai.”

Pembukaan meeting-pun akan dilaksanakan, dan sekarang saatnya menyanyikan lagu kebangsaan Prudential, kayak mars-nya gitulah. Saat semuanya sudah berdiri dan siap-siap bernyanyi. Si Wicak dengan wajah konyolnya hanya diam dan bengong ntah apa yang dia pikirkan.

“Cak, ikuti kami nyanyi. Kamu jangan cuma diam.” Bisikku kepadanya.

Lama sekali dia tidak bereaksi hingga lagu yang kami nyanyikan sudah habis, dan terdengarlah suara teriakan Wicak, “We Are Number One.”, semua mata tertuju pada kami berdua.

“Mampus aku!” ucapku dalam hati.

Yah, begitulah pengalaman sebagai agen asuransi selama beberapa bulan, menyenangkan dapet duit tapi harus kerja keras. Tapi, masih banyak kok pekerjaan lain yang bisa temen-temen lakoni untuk mencari uang.

No comments:

Post a Comment