Sunday, 14 May 2023

BICARA TENTANG TEMAN-TEMAN DIFABEL

 Hari ini, Sabtu cerah aku bangun dan tersadar bahwa aku sudah terlambat untuk bermain dengan kawan spesialku. Hmmm... Kawan spesial kataku.


 


Seperti biasa, motor dengan plat nomor BG yang memang aku bawa dari Palembang selalu menjadi kendaraan andalanku seperti satria baja hitam yang memiliki motor belalang (kalo ga salah namanya).

Jalan tanpa aspal yang hanya ada tanah kuning, ada kuburan belok kanan, lalu masuk ke daerah yang banyak ditanami oleh padi. Pagi hari di sawah yang dikerumuni oleh padi, aku langsung masuk ke Sekolah Luar Biasa Yayasan Pendidikan Anak Cacat (SLB YPAC). Sebenarnya kata cacat tidak perlu ditambahkan diakhir nama sekolah ini, kenapa? Karena akan menekan mental mereka dan membuat mereka minder ketika bertemu dengan anak dari sekolah lain.

              SLB, sekolah yang identik dengan orang kurang atau orang yang tidak sempurna. Pada kenyataannya semua manusia itu tidak sempurna, tapi karena ketidak sempurnaannyalah yang membuatnya menjadi sempurna. Semua orang berbeda, ada kelebihan dan ada juga kekurangan.

Tidak ada manusia yang ingin hidup dengan kekurangan bagian tubuh maupun akal. Mungkin jika mereka boleh meminta, mereka akan meminta lahir dalam kondisi yang normal dan dengan kondisi lengkap seperti yang lainnya. Tapi itu semua diluar kuasa mereka, sehingga tidak pantaslah kata “CACAT” kita berikan kepada mereka, sehingga istilah yang menyatakan cacat itu harus diganti dengan difabel.

 



Apa yang mereka alami bukanlah penyakit, apa yang mereka alami adalah rahmat dari Allah SWT untuk orangtua mereka, keluarga mereka dan diri mereka sendiri. Allah SWT lebih cerdas dan mengetahui yang terbaik untuk hambanya. Allah sudah tahu kalau keluarga mereka dan pribadi mereka adalah pribadi pilihan yang mampu menerima kondisi mereka yang sekarang, mungkin jika kondisi tersebut mengenai diri kita bisa jadi kita tidak setegar mereka.

Teman bermainku Sabtu ini memang agak berbeda dengan teman mainku sebelumnya. Jika sebelumnya aku bermain dengan anak SD yang biasa-biasa saja, sekarang aku sedang bermain dengan anak SD yang luar biasa, yang istimewa.

Pembagian kelas dalam SLB ini memang agak berbeda dengan sekolah pada umumnya, karena disini dibagi atas ketidakmampuan mereka seperti tunawicara (tidak bisa berbicara), tunarungu (tidak mampu mendengar), tunanetra (tidak bisa melihat), tunagranita (sulit memahami pelajaran), tunadaksa (kekurangan dalam hal gerak), dan autisme. Yang jelas disini tidak ada kelas untuk TunaAsmara (jomblo), ataupun tunasusila.

Pembukaan dimulai dengan do’a dan dilanjutkan dengan pembacaan puisi oleh seorang anak penyandang tunadaksa, beberapa dari kami yang mendengarkan puisi yang dibacakan oleh adik tadi seakan-akan ingin meneteskan air mata. Mungkin dia memang diberi kekurangan tetapi disisi lain dia diberikan kemampuan membaca puisi dengan sangat menghayati. Oh iya, ternyata dalam pola pendidikan anak tunadaksa tidak boleh dimanjakan. Maksud dimanjakan disini adalah seperti digendong kemana-mana atau mengambilkan sesuatu yang ingin dia raih. Kenapa? Karena kita harus mengajarinya untuk mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain, yang harus kita lakukan hanyalah memberi dukungan dan menghindarkan dia dari bahaya.

Bayangkan, selama dua jam aku bersama mereka berbicara dengan bahasa tubuh. Jadi aku bermain dengan adik-adik kecil yang tunarungu, aku sangat kasihan dengan mereka karena melihat kondisinya dan aku tidak bisa membayangkan jika diriku yang tak mampu mendengar dan tak bisa menikmati alunan musik. Beberapa kata-kata bahasa isyarat yang sudah aku mengerti seperti terima kasih, kita semua sama, aku marah, i love you, dan sebagainya. Hari ini menjadi hari yang bisa memecah keheningan dengan cara berbicara menggunakan bahasa tubuh, inilah yang dinamakan “breaking the silence”.

Untuk para pembaca ketahui bahwa anak/orang yang tunarungu biasanya disertai dengan tunawicara. Tapi jika dia tunawicara belum tentu menyandang tunarungu.

Sangat disayangkan orang-orang seperti mereka kurang diperhatikan oleh pemerintah maupun lingkungannya, bahkan sering dijauhi dan dijadikan sebagai aib bagi keluarga dan lingkungannya. Padahal mereka juga punya hak seperti kita, hak untuk mengemukakan pendapat dan hak untuk diterima oleh lingkungannya.

Aku berpindah melihat adik-adik tunanetra, mereka orang-orang yang matanya tidak peka dengan cahaya. Sangat mengharukan ketika melihat mereka belajar membaca dengan huruf braille, huruf yang bentuknya lekukan-lekukan lingkaran yang memang khusus didesain untuk penyandang tunanetra. Mata adalah pelangi dunia dan sangat disayangkan mereka tidak bisa menikmatinya.

Kenapa nggak dilakukan cangkok mata? Jangan terlalu percaya sama film sinetron yang menyesatkan. Karena sampai sekarang belum pernah ditemukan cangkok mata, yang ada hanyalah cangkok kornea (lapisan mata) tapi proses penyembuhannya juga sedikit lama dan dengan biaya yang tidak murah.

Di akhir sesi kami makan bersama dan bercerita semampunya.

Sebelum mereka dan aku pulang kami berfoto bersama. Saat aku mau mengendarai kendaraanku untuk pulang kerumah, seorang anak wanita tunagranita memberikan kode “i love you” kepadaku, aku hanya bisa tersenyum dan membalasnya serta berdo’a didalam hati “Semoga anak itu tumbuh menjadi anak yang membanggakan orangtuanya kelak.”

Hingga akhirnya kita tidak tau apa yang terbaik bagi kita karena hanya Allah yang mengerti dan mengetahui apa yang terbaik bagi kita. Kita hanya bisa bersyukur dan tidak kufur dalam menerima takdir yang ditentukan oleh Allah SWT. Kita adalah manusia yang sedang berjalan menelusuri rel kereta api yang senantiasa lurus hingga ke stasiun yang akan menjadi tempat kita singgah sementara waktu.

Mereka adalah manusia istimewa yang diturunkan oleh Allah ke muka bumi ini, mereka adalah manusia yang mau berjuang dalam keterbatasan, mereka adalah manusia yang mau belajar dalam keterpurukan, mereka adalah manusia yang bisa bangkit melawan masa depan, sungguh mereka itu istimewa. Hingga akhirnya semua manusia tahu bahwa mereka juga memiliki hak, mereka juga memiliki potensi dan mereka juga dapat bergerak untuk membangun dunia. Mereka dalah penyandang disabilitas tanpa batas, tak ada yang bisa menghentikan mereka.

Jangan pernah menghina peyandang difabel, berikan hak mereka, selalu memberikan dukungan kepada mereka. Mereka punya hak seperti kita, mereka layak untuk bekerja dan menikmati hidup seperti kita. KITA SEMUA SAMA, TETAPI KAMU ISTIMEWA.

No comments:

Post a Comment