Tuesday, 16 May 2023

BICARA TENTANG MENANTI


 Perjuangan yang aku lalui berbeda dengan dirimu sobat. Harus melalui banyak jalan berliku yang akhirnya menjadi cabang dua, jurangkah atau timbunan harta karun.

            Terkadang aku bingung, harus melanjutkan perjalananku kemana. Apakah aku harus memperjuangkan dirimu yang belum tentu bagiku? Dirimu yang belum tentu diciptakan untukku.

            Bahkan, kita berdua tak akan tahu apakah khayalan diriku untuk bersamamu hanya sebatas mimpi. Terkadang, aku harus tau ruang mana yang lebih nyaman untuk menjadi mediaku memandangmu. Bukan untuk melihat makhluk astral, tapi untuk melihat biadadari yang mungkin akan aku kejar kemanapun dia hinggap.

            Seperti biasa aku pergi ngampus sendiri, ditemani angin yang bertiup disekitar tubuhku.

            “Agus, hahahaha.” Panggil suara seorang perempuan yang ada dibelakangku, yang sontak membuatku terkejut.

            Membalikkan badanku dengan slow-motion sambil tersenyum menyebut namanya, “Gifa, kenapa kok tiba-tiba tertawa?” tanyaku penuh rasa penasaran.

            “Gosip tentang kamu sudah nyebar lho di jurusan kami Gus.” Ucap Gifa yang merupakan teman jurusan sebelah, kebetulan kost kami deketan jadi kami sudah seperti saudara dekat.

            Iya sih, jurusanku dengan jurusan Gifa memang sebelahan. Bahkan aku sering numpang Sholat Zhuhur disana jika air keran wudhu dijurusanku mati. Tapi, bagaimanapun aku tak tau gossip apa yang telah menyebar luas dijurusannya.

            “Gosip apa?” tanyaku pura-pura kaget, karena aku sepertinya sudah bisa menebak gossip apa yang sudah menyebar luas disana.

            “Jadi beneran kalo suka sama Qunut?” Gifa bertanya dengan nada mengejek, “Qunut… Qunuttt… hahahaha….” Lanjutnya dengan tawa panjang.

            “Eh… eh… kalian jangan sebarin gossip yang bukan-bukan ya.” Ucapku dengan wajah memerah sambil mengibaskan Atlas Anatomi kedepan wajah Gifa.

            “Eh… eh… biasa aja kale. Kalo nggak bener jangan sewot dong.” Ledek Gifa sambil tertawa panjang.

            Jangan terlalu serius menanggapi isu, takutnya beneran kejadian lho. Aku sudah pengalaman. Padahal awalnya nggak ada perasaan sama sekali, dan akhirnyaa jadilah coco crunch.

            Aktivitas kampus seperti biasanya padat, kalo masuk pagi kadang-kadang bisa pulang jam enam atau jam lima sore. Untung-untung kami belum pernah pulang jam duabelas malam, nggak kebayang kalo sampe pulang jam duabelas malam dari laboratorium anatomi serasa lagi melakukan ritual ilmu hitam pake mayat beneran.

            Pekerjaan dikampus seperti biasa mencatat, mencatat, lalu selanjutnya mencatat lagi dan lagi-lagi mencatat. Kita harus siap mengimbangi dosen yang menjelaskan dengan secepat kilat, hingga akhirnya huruf “A” dan “D” sangat susah dibedakan. Kita hanya bisa membedakan huruf “L”, “F” dan “G”, itupun karena dia beda sendiri.

            Di sisi lain, ternyata Qunut yang sedang mempelajari masalah DNA ternyata memiliki kisah berbeda. Yah, sedikit kisah tentang basa purin dan pirimidin.

“Saudara tau, apabila pada DNA Basa Purin dan Pirimidin terdiri dari AGTS. Bagaimana dengan RNA?” Tanya sang dosen kepada Qunut yang memang duduk di barisan yang paling depan.

Qunut yang memang mahasiswa serba tahu langsung menjawab dengan lantangnya, “AGUS, ya pak?” sontak menerima tawa oleh teman sekelasnya.

Perasaan perempuan yang duduk dibaris paling depan itu langsung bercampur bingung dan malu karena jawabannya disambut dengan tawa.

Tak masalah, mau itu ikatan hydrogen yang membentuk huruf AGTS maupun ikatan hydrogen RNA yang membentuk AGUS, hingga membuat dia disoraki oleh orang-orang yang ada dikampusnya. Hingga tak lama dari itu semua tawa langsung sontak membuat pipinya menjadi merah.

Setiap jam istirahat aku sengaja memilih jalan memutar jika kekantin. Aku curi-curi pandang dibalik jendela, agar bisa melihat wajahnya dengan jelas dari kejauhan. Wajahnya ketika belajar sangat membuatku terpana. Dia hanya focus melihat dosen yang sedang menjelaskan, ntah memang dia focus, atau dia sedang melamun bagai orang yang terbuai ilusi.

Bahkan, aku sering mengambil memberikan pengumuman tentang kegiatan BEM ke jurusannya agar aku selalu bisa melihatnya dari depan. Tapi, aku rasa dia belum tau kalo aku memandangnya dari depan. Walaupun wajahnya memandang Vogel, aku tau kalo aku memang tak sepenting Vogel bagimu.

Tak masalah jika kau malu-malu dengan orang yang kau suka, seperti aku kepadanya saat itu. Dari pada kita melakukan hal yang memalukan diri sendiri didepan orang banyak maupun dihadapan-Nya.

Pacaran ala anak SMP memang sangat tidak baik lagi untuk kita yang sudah berusia dewasa. Karena harusnya sudah memikirkan tentang hal yang serius, jenjang yang lebih mulia didalam lindungan pernikahan.

Suatu saat, disebelan lab Kimia Analis yang ada diantara kampus jurusanku dan kampus jurusannya. Suasana kampus yang ramai dengan lalu lalang orang-orang yang sedang sibuk mencari ilmu, mencari pacar sampai mencari jaringan internet yang kala itu sangat langka.

Aku keluar dari lab biokimia membawa alat-alat yang harus dicuci setelah dipakai, kebetulan kelompokku adalah petugas piket dikala itu. Mendekat ke washtafele yang ada diantara lab Kimia Analitik dan Lab Biomia.

Satu persatu alat yang ada didepanku langsung aku cuci, kurang bersih ya pake sabun, kurang bersih lagi ya wajib disikat. Sampe akhirnya aku menyadari bahwa taka da lagi yang perlu dicuci.

Membalikkan badan bagai manusia tanpa dosa yang pengen move on. Satu… dua… tiga… aku langsung terhenti karena seorang perempuan dengan dua teman perempuannya juga masuk kedalam ruangan pencucian.

Aku hanya terdiam melihat perempuan yang sedang mengalungkan masker dilehernya itu, sambil membuka handscon-nya dia juga terhenti sambil melihatku.

Aku terdiam lebih lama hingga akhirnya dia berkata, “Kenapa kamu lihat-lihat?” sambil matanya melotot melihatku.

Siapa yang tak takut jika melihat wanita yang disukainya melotot dalam seakan-akan ingin menelanku bulat-bulat. Dan hingga akhirnya aku hanya bisa tersenyum sambil menjawab, “Maaf…”. Sambil berlari kegirangan meninggalkan Qunut dan kawannya.

Qunut melihat kebelakang, kearah laki-laki yang berlari tak karuan seperti mendapatkan bulan terang. Hanya senyuma yang terpancar oleh perempuan yang dari tadi hanya bisa melotot yang dengan juteknya berkata, “Apa kau lihat-lihat?”

Aku berlari menuju ruang kelasku dimana orang-orang sedang sibuk membereskan meja praktikum. Berlari-lari bagai orang yang sedang terhibur ditaman bunga, menabur keceriaan dan kebahagiaan. Orang-orang yang sangat jarang melihatku bertingkah seperti itu seakan-akan bertanya-tanya ada apa gerangan?

Disaat orang-orang bertanya, “Kenapa sih kayak girang banget?”

Aku hanya tersenyum kepada teman-teman yang memandangku aneh, sambil berkata, “Nggak ada, ayo kita kerja lagi.”. seraya kembali merapikan alat-alat dan memasukkannya kelemari alat praktikum.

Jangankan berbicara dengannya, bertemu dan dimarahinya saja membuat aku menjadi girang. Yah, begitulah cinta berupa-rupa rasanya. Tapi, tak ada yang salah untuk orang yang sedang jatuh cinta.

No comments:

Post a Comment